Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Corak Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Praaksara

Kompas.com - 24/10/2022, 08:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kompas.com

Makanan yang dikumpulkan oleh manusia yang hidup di pedalaman hutan berupa umbi-umbian, buah-buahan, keladi, dan daun-daunan.

Sedangkan masyarakat purba yang tinggal di tepi pantai juga mengumpulkan siput dan kerang untuk dimakan.

Bukti bahwa masyarakat masa berburu dan meramu tingkat lanjut sering mengonsumsi kerang dan siput adalah ditemukannya kjokkenmoddinger (sampah bukit kerang).

Baca juga: Kjokkenmoddinger: Pengertian, Fungsi, dan Lokasi Penemuan

Corak kehidupan sosial-ekonomi pada masa bercocok tanam

Pada masa bercocok tanam, kemampuan berpikir manusia purba semakin terasah untuk menjawab tantangan alam.

Masyarakat masa bercocok tanam hidup menetap secara berkelompok dan membentuk perkampungan kecil.

Dalam sebuah kampung biasanya terdiri dari beberapa keluarga dan hidup secara gotong royong.

Mereka juga menunjuk ketua suku dan memiliki aturan hidup sederhana yang harus dijalani anggotanya.

Secara ekonomi, manusia pada periode ini telah berhasil mengolah makanan sendiri (food producing).

Masyarakat telah sudah bisa menanam sayur dan umbi-umbian untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.

Binatang buruan yang tangkap tidak hanya dimakan langsung, tetapi juga dipelihara dan diternak. Hewan yang diternakkan antara lain kerbau, kuda, sapi, babi, dan unggas.

Selain itu, masyarakat masa bercocok tanam diperkirakan telah mengenal sistem pertukaran barang alias barter.

Baca juga: Prinsip Primus Interpares pada Masa Bercocok Tanam

Corak kehidupan sosial-ekonomi pada masa perundagian

Kata perundagian diambil dari kata undagi, yang artinya seseorang yang memiliki keterampilan jenis usaha tertentu, seperti pembuatan gerabah, perhiasan, kayu, batu, dan logam.

Kehidupan sosial manusia pada masa perundagian atau zaman logam sudah semakin teratur.

Pemimpin masyarakat biasanya dipilih melalui musyawarah dengan mempertimbangkan kemampuannya dalam berinteraksi dengan roh nenek moyang.

Selain itu, masyarakatnya mulai terbagi ke dalam kelompok sesuai keahlian mereka, misalnya kelompok petani, undagi, pedangan, dan sebagainya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com