Strategi yang dilakukan Belanda ketika menerapkan politik devide et impera adalah sebagai berikut:
Belanda akan berusaha berperan sebagai teman dan menciptakan musuh bersama.
Jika Belanda berhasil berteman dengan mereka, maka negosiasi dan diplomasi akan berjalan dengan jauh lebih mudah.
Sementara itu, maksud dari common enemy adalah pihak lain yang menjadi pesaing bisnis VOC.
Belanda akan menyebarkan isu atau desas-desus di lingkungan politik atau sosial.
Modal utama dari siasat politik adu domba adalah fitnah, rekayasa, dan kedengkian.
Kata lain dari manajemen isu ialah propaganda.
Baca juga: Faktor yang Mendorong Berdirinya VOC
Belanda akan memposisikan diri seakan-akan ada di pihak netral antara kerajaan yang sedang berkonflik.
Belanda akan memilih pemimpin lokal sebagai bagian dari rantai manajemen terbawah di luar struktur perusahaan.
Strategi ini dilakukan dengan memberi pengakuan secara resmi dan tertulis yang mengatasnamakan Kerajaan Belanda terhadap entitas politik di suatu daerah tertentu.
Selanjutnya adalah melakukan pengepungan, di mana membuat suatu daerah terisolasi dari daerah lain.
Biasanya, VOC akan menutup akses komunikasi dan perdagangan hingga memblokade militer yang berlebihan dengan mendirikan benteng dan fasilitas pertahanan lain.
Baca juga: Perang Paregreg, Perang Saudara Penguasa Majapahit
VOC akan menggunakan pribumi sebagai kekuatan militan untuk melawan bangsanya sendiri.
Terakhir adalah excessive force dan extreme prejudice atau kekerasan.