Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Bartolomeu Dias Tidak Sampai ke Indonesia?

Kompas.com - 15/08/2022, 13:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber History

Alhasil, para awak menolak untuk melanjutkan perjalanan karena khawatir persediaan makanan mereka yang semakin menipis.

Di Kwaaihoek, mereka meninggalkan tanda yang menandai titik timur terjauh yang pernah dicapai bangsa Portugis, sebelum akhirnya bertolak pulang.

Dalam perjalanan pulang inilah, Bartolomeu Dias menemukan Tanjung Harapan pada Mei 1488 yang awalnya ia namai Tanjung Badai atau Cape of Storms.

Alasan penamaan itu karena arus di sekitarnya yang sangat kuat hingga membuat perjalanan kapal begitu berbahaya.

Setelah 15 bulan perjalanan, ekspedisi Bartolomeu Dias mendarat kembali di Lisbon dan disambut dengan penuh kemenangan.

Baca juga: Mengapa Nama Tanjung Badai Diganti Menjadi Tanjung Harapan?

Tenggelam di Tanjung Harapan

Setelah keberhasilan ekspedisinya, Bartolomeu Dias tinggal di Guinea, Afrika Barat, dan diminta memberi bantuan dalam pelayaran-pelayaran Portugis berdasarkan pengalamannya.

Ia diketahui berkontribusi dalam pembuatan desain dan konstruksi kapal untuk ekspedisi Vasco da Gama, serta ikut berlayar tetapi sampai Kepulauan Tanjung Verde saja.

Setelah itu, Bartolomeu Dias kembali ke Guinea dan baru berlayar dua tahun kemudian, saat menjadi salah satu kapten ekspedisi besar Portugis menuju India di bawah pimpinan Pedro Alvares Cabral.

Karena kesalahan rute, ekspedisi mereka justru tidak sengaja mencapai Brasil pada Maret 1500.

Setelah itu, rombongan kembali melintasi Samudra Atlantik untuk menuju Afrika Selatan.

Baca juga: Pedro Alvares Cabral, Penemu Brasil

Dalam perjalanan, badai menerjang 13 kapal dari ekspedisi besar pimpinan Pedro Alvares Cabral.

Empat kapal di antaranya karam, termasuk kapal Bartolomeu Dias, yang menewaskan hampir semua awaknya.

Bartolomeu Dias tercatat meninggal pada 29 Mei 1500 di lepas Tanjung Harapan.

Itulah mengapa Bartolomeu Dias tidak sampai ke Indonesia, karena ia tenggelam diterjang ganasnya perairan di sekitar Tanjung Harapan yang pernah dinamainya Tanjung Badai.

 

Referensi:

  • Iswarso, Nur. (2011). Kisah Para Penakhluk dan Penjelajah Dunia. Yogyakarta: Familia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com