Di Masjid Rojing itu, Syekh Hasan Asy’ari melakukan perubahan.
Salah satu bentuk perubahannya adalah penentuan arah kiblat yang berdasarkan perumusan ilmiah.
Syekh Hasan Asy’ari hidup dengan sederhana selama di Pulau Bawean, bahkan rumahnya sama dengan rumah warga pada umumnya.
Ia tinggal bersama istri keduanya yang bernama Hajjah Rahmah. Selama berdakwah, Syekh Hasan Asy’ari dikenal sebagai sosok yang bijaksana, ramah, dan sabar.
Syekh Hasan Asy’ari ternyata juga mendirikan sebuah pondok pesantren di Ranggeh, Pasuruan.
Selain menjadi seorang pedakwah, Syekh Hasan Asy’ari juga aktif dalam menulis berbagai kitab, seperti Muntaha Nataij al-Aqwal dan Jadwal al-Auqa.
Bahkan, ada sejarawan yang berpendapat bahwa ilmu falak Syekh Hasan Asy’ari melebihi seorang profesor.
Melalui pemikirannya, kaidah syariat disampaikan kepada umat dengan jelas dan sederhana.
Syekh Hasan Asy’ari akhirnya meninggal dunia di Pasuruan pada 1921.
Namun, ada juga yang berpendapat bahwa Syekh Hasan Asy’ari meninggal dunia pada 1918.
Syekh Hasan Asy’ari kemudian dimakamkan di kawasan Sladi Kejayan, Pasuruan, tepatnya di belakang Pondok Pesantren Besuk.
Referensi: