Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Syekh Muhammad Hasan Asy'ari, Ulama Besar Asal Pulau Bawean

Kompas.com - 29/07/2022, 15:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Syekh Muhammad Hasan Asy'ari merupakan seorang ulama besar dan tokoh Indonesia yang lahir di Pulau Bawean.

Ketika remaja, Syekh Muhammad Hasan Asy’ari sudah pergi ke Afrika dan Arab Saudi untuk belajar agama Islam.

Selama belajar di luar negeri, Syekh Muhammad Hasan Asy’ari sempat menjadi orang buronan dari kelompok Ibnu Saud dan Wahabi.

Setelah itu, ia kembali ke Indonesia dan mendirikan pondok pesantren sebagai pusat pendidikan.

Baca juga: Biografi Sarwo Edhie Wibowo: Tokoh yang Berperan dalam Penumpasan G30S

Hingga meninggal dunia, Syekh Muhammad Hasan Asy'ari mengabdikan dirinya pada pendidikan dan dakwah Islam.

Riwayat hidup

Syekh Muhammad Hasan Asy'ari lahir di Pulau Bawean pada 1875. Ia memiliki nama lengkap Muhammad Hasan Asy’ari bin Abdurrahman al-Baweani al-Fasuruani.

Adapun nama Al-Baweani merujuk pada kampung halaman ibunya yang berasal dari Pulau Bawean.

Sementara itu, al-Fasuruani merujuk pada daerah asal ayahnya, yakni Pasuruan, Jawa Timur.

Hasan Asy’ari menghabiskan masa mudanya dengan belajar dari satu pesantren ke pesantren lainnya di Jawa.

Setelah dirasa memiliki cukup ilmu, ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, salah satunya ke Maroko, Afrika Utara.

Kemudian, pada tahun 1892, ketika berusia 17 tahun, ia memutuskan ke Mekkah, Arab Saudi, untuk belajar ilmu agama.

Ketika belajari di Mekkah, Hasan Asy’ari berguru kepada ulama besar asal Nusntara, yakni Syekh Nawawi al-Bantani.

Seiring berjalannya waktu, Hasan Asy’ari juga diizinkan oleh ulama Mekkah untuk mengajar sejumlah mahasiswa.

Kabur dari Arab Saudi

Ketika menjadi pengajar di Mekkah, ia sudah sering dipanggil dengan Syekh Muhammad Hasan Asy’ari.

Saat itu, Arab Saudi berada pada pengaruh Kekhalifahan Turki Utsmaniyah.

Saat itu, pengaruh Turki mulai meredup dan situasi politik Jazirah Arab sedang panas.

Beberapa negara barat yang memiliki kuasa di Timur Tengah mulai ikut campur ke dalam ranah politik lokal.

Pada 1908, amir Hijaz, Syarif Husein, dianggap ditunjuk Inggris sebagai penguasa wilayah tersebut.

Hal itu kemudian direspons oleh Ibnu Saud dengan menyusun kekuatan untuk melawan pengaruh Inggris.

Lama-kelamaan, gerakan Ibnu Saud ini memiliki banyak pengikut, termasuk dari gerakan Wahabi.

Saat itu, Syekh Hasan Asy’ari termasuk ke dalam paham ahlus sunnah wal jama’ah (aswaja) yang diincar oleh orang-orang Wahabi dan kelompok pro-Ibnu Saud.

Merespons hal tersebut, Syekh Hasan Asy’ari kemudian melarikan diri hingga ke Mesir bersama dengan KH Ahmad Dahlan at-Tarmasi.

Selama di Mesir, ia berhasil mengkhatamkan kitab Al-Mathla’ al-Said, rujukan induk ilmu falak karya Syekh Husein Zaid al-Mashri.

Selain itu, di Kairo Mesir, Syekh Hasan Asy’ari belajar kepada Syekh Jamil Djambe dan Syekh Thahir Jalaluddin.

Kembali ke Indonesia

Ketika berada di Mesir, terjadi gejolak berupa gerakan demonstran anti-Turki Utsmaniyah.

Keadaan tersebut sangat berisiko bagi orang-orang yang menjadi target kelompok Wahabi.

Oleh sebab itu, Syekh Hasan Asy’ari memutuskan untuk kembali ke Indonesia.

Setelah perjalanan panjang, Syekh Hasan Asy’ari tiba di kampung halamannya di Pulau Bawean.

Baca juga: Haji Misbach, Tokoh Islam-Komunis yang Bergerak Melawan Belanda

Ia kemudian berdakwah di Dusun Rojing, Desa Sungai Teluk, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean.

Salah satu bukti dakwahnya selama di sana adalah bangunan Masjid Rojing.

Di Masjid Rojing itu, Syekh Hasan Asy’ari melakukan perubahan.

Salah satu bentuk perubahannya adalah penentuan arah kiblat yang berdasarkan perumusan ilmiah.

Syekh Hasan Asy’ari hidup dengan sederhana selama di Pulau Bawean, bahkan rumahnya sama dengan rumah warga pada umumnya.

Ia tinggal bersama istri keduanya yang bernama Hajjah Rahmah. Selama berdakwah, Syekh Hasan Asy’ari dikenal sebagai sosok yang bijaksana, ramah, dan sabar.

Syekh Hasan Asy’ari ternyata juga mendirikan sebuah pondok pesantren di Ranggeh, Pasuruan.

Meninggal dunia

Selain menjadi seorang pedakwah, Syekh Hasan Asy’ari juga aktif dalam menulis berbagai kitab, seperti Muntaha Nataij al-Aqwal dan Jadwal al-Auqa.

Bahkan, ada sejarawan yang berpendapat bahwa ilmu falak Syekh Hasan Asy’ari melebihi seorang profesor.

Melalui pemikirannya, kaidah syariat disampaikan kepada umat dengan jelas dan sederhana.

Syekh Hasan Asy’ari akhirnya meninggal dunia di Pasuruan pada 1921.

Namun, ada juga yang berpendapat bahwa Syekh Hasan Asy’ari meninggal dunia pada 1918.

Syekh Hasan Asy’ari kemudian dimakamkan di kawasan Sladi Kejayan, Pasuruan, tepatnya di belakang Pondok Pesantren Besuk.

 

Referensi:

  • Asnawi, Burhanuddin. (2015). Ulama Bawean dan Jejaring Keilmuan Nusantara Abad XIX-XX. Gresik: Lembaga Bawean Cerdas (LBC).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com