Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemberontakan DI/TII di Mana Saja?

Kompas.com - 28/07/2022, 14:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Untuk menumpas pemberontakan ini, TNI membentuk Gerakan Benteng Nasional (GBN) yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Sarbini, Letkol Bachrum, dan Letkol Ahmad Yani.

Selama proses penangkapan, pasukan Hizbullah sempat berhasil terlepas dari tangkapan TNi.

Akan tetapi, pada 22 Desember 1950, mereka berhasil ditangkap saat sedang berada di Desa Cisayong, Tasikmalaya.

Amir Fatah pun ikut tertangkap dan dipenjara selama dua tahun.

Baca juga: Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah

Sulawesi Selatan

Pada 1950, pemberontakan DI/TII terjadi di Sulawesi Selatan, yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar, pemimpin Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS).

Pemberontakan di Sulawesi Selatan ini berjalan cukup lama, yakni sejak 1950 hingga 1965.

Pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan terjadi akibat adanya perbedaan cara pandang pemerintah dengan Kahar Muzakkar yang berkaitan dengan reorganisasi APRIS/TNI.

Sebagai pemimpin KGSS, Muzakkar menyarankan seluruh anggotanya mendaftar ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS).

Namun, pada ujungnya, banyak dari mereka yang ditolak menjadi anggota APRIS karena dianggap tidak memenuhi syarat.

Kahar Muzakkar yang merasa kecewa dengan keputusan APRIS mulai melancarkan aksi pemberontakan.

Aksi pertama berlangsung sejak 1950-1952, sedangkan pemberontakan kedua terjadi pada 1953-1965.

Untuk mengatasi pemberontakan ini, TNI membentuk operasi militer bernama Operasi Bharatayudha.

Butuh waktu yang lama bagi Operasi Bharatayudha untuk menyelesaikan pemberontakan DI/TII, yaitu sekitar 12 tahun.

Kendati demikian, pada akhirnya Kahar Muzakkar berhasil ditembak mati, yang menjadi tanda berakhirnya pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan.

Baca juga: Operasi Pagar Betis, Upaya Penumpasan DI/TII di Jawa Barat

Kalimantan Selatan

Masih pada 1950, pemberontakan DI/TII juga terjadi di Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hadjar.

Latar belakang terjadinya pemberontakan ini adalah rasa ketidakpuasan Ibnu Hadjar terhadap reorganisasi TNI, salah satunya ALRIS Divisi IV, kelompok tempat ia bertugas.

Sebab, reorganisasi ini membuat beberapa anggota ALRIS Divisi IV diberhentikan karena dianggap tidak memenuhi syarat, termasuk Ibnu Hadjar.

Dari sinilah kekecewaan Ibnu Hadjar bermula. Ia kemudian membentuk pasukan gerilya sendiri bernama Kesatuan Rakyat yang Tertindas.

Ia melakukan penyerangan pertama ke kesatuan tentara di Kalimantan Selatan pada Maret 1950.

Bersamaan dengan itu, jumlah pasukan Ibnu Hadjar semakin bertambah dari 60 menjadi 250 orang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com