Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Trem di Indonesia Hilang?

Kompas.com - 24/07/2022, 16:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Oleh sebab itu, keberadaan trem bertenaga kuda digantikan oleh trem uap tahun 1881.

Baca juga: Sejarah Trem di Surabaya dan Dampaknya

Penggantian trem uap

Dengan adanya teknologi yang lebih modern, pemerintah membentuk trem dengan bahan dasar uap untuk menggerakkannya.

Lewat teknologi ini, jam operasional trem memang berlangsung jauh lebih lama, yaitu dari pukl 6 pagi sampai 7 malam.

Kendati begitu, pengoperasian trem uap ini tentu tetap tidak terlepas dari adanya masalah, salah satunya adalah banyaknya kecelakaan yang terjadi.

Kemudian, trem uap juga sering mogok karena kehabisan tenaga uap di tengah jalan, terutama di rute-rute yang jalannya agak menaik.

Bersamaan dengan itu, mulai bermunculan pula lokomotif yang memiliki mesin penghasil uap sendiri, sehingga trem uap mulai tersingkirkan setelah 20 tahun beroperasi.

Baca juga: Sejarah Perkembangan Transportasi Dunia

Trem listrik tidak lagi difungsikan

Trem uap kemudian digantikan oleh trem listrik yang dioperasikan oleh Batavia Electrische Tram Maatschappij (BETM) sekitar tahun 1900-an.

Supaya trem bisa berfungsi, maka listrik akan dialirkan ke trem melewati kabel-kabel yang sudah dipasang persis di atas rel.

Trem listrik pun mulai menguasai setiap jalan yang ada di berbagai kota besar di Indonesia, karena kecepatannya.

Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, trem listrik juga acap kali mengalami mogok lantaran pasokan listrik yang suka terhambat.

Sejak saat itu, trem mulai dipandang tidak sesuai dengan kondisi kota yang pada saat itu sudah mengalami perkembangan teknologi.

Apalagi, mulai bermunculkan transportasi-transportasi modern lainnya, seperti bus dan mobil.

 

Referensi:

  • Arsip Nasional RI. (2015). Naskah Sumber Arsip Perkeretaapian di Indonesia. Arsip Nasional RI.
  • Oktafiana, Sari. (2021). Sejarah untuk SMK Kelas X. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com