Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Saudara Sri Lanka (1983-2009)

Kompas.com - 12/07/2022, 16:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber thoughtco

Setelah itu, ribuan orang lainnya melarikan diri ke wilayah yang banyak diduduki oleh orang Tamil.

Baca juga: Perang Saudara yang Berkaitan dengan Perang Dingin

Dalam Perang Eelam I, LTTE membantai orang-orang Sinhala dan mengonsolidasikan kekuasaan atas gerakan separatis pada 1986.

Di puncak pertempuran, Perdana Menteri India, Indira Gandhi, menawarkan diri untuk menengahi permasalahan.

Namun, pemerintah Sri Lanka tidak percaya atas tawaran tersebut dan justru mempersenjatai dan melatih gerilyawan Tamil di kamp-kamp di India Selatan.

Sejak saat itu, hubungan antara Sri Lanka dengan India mulai memburuk, terutama setelah Sri Lanka menyita perahu nelayan India untuk mencari perlengkapan senjata.

Penduduk Tamil menyerang orang Sinhala menggunakan bom mobil, bom koper, serta ranjau darat.

Pada 1987, Perdana Menteri India, Rajiv Gandhi, memutuskan untuk terjun langsung dalam Perang Saudara Sri Lanka dengan mengirimkan 100.000 pasukan penjaga perdamaian.

Misi mereka adalah melucuti senjata para gerilyawan di kedua belah pihak sebagai persiapan untuk melaksanakan diskusi perdamaian.

Namun, Macan Tamil (LTTE) menolak melucuti senjata mereka dan justru mengirim pengebom wanita dan tentara anak-anak untuk menyerang orang-orang India.

Baca juga: Latar Belakang Lahirnya Nasionalisme di India

Perang Eelam II

Pada 1990, Presiden Sri Lanka, Ranasinghe Premadasa, memaksa India menarik kembali pasukan penjaga perdamaiannya.

Setelah mundur, perang justru memasuki fase yang lebih berdarah lagi, disebut sebagai Perang Eelam II.

Dalam perang ini, Macan Tamil menangkap sekitar 600-700 petugas polisi Sinhala di Provinsi Timur pada 11 Juni 1990, dengan tujuan melemahkan kontrol pemerintah di sana.

Macan Tamil pun berjanji tidak akan membahayakan mereka apabila para petugas polisi bersedia menyerah.

Setelah menyerah, para militan justru membawa para petugas polisi ke dalam hutan, memaksa mereka berlutut, dan menembak mati mereka semua.

Seminggu setelah kejadian ini, Menteri Pertahanan Sri Lanka menyatakan perang secara habis-habisan.

Bahkan, pemerintah menghentikan semua pengiriman obat-obatan serta makanan ke Benteng Tamil di Semenanjung Jaffna dan melancarkan pengeboman secara intensif.

Baca juga: Insiden Jembatan Marco Polo, Awal Perang China-Jepang II

Macan Tamil menanggapi hal itu dengan melakukan pembantaian atas ratusan penduduk Sinhala serta umat Muslim.

Pada Juli 1991, sebanyak 5.000 orang Macan Tamil mengepung pangkalan militer pemerintah di Elephant Pass selama satu bulan.

Pertempuran itu menewaskan sekitar 2.000 korban jiwa di antara kedua belah pihak.

Perang Eelam III

Setelah perang berdarah, pada Januari 1995, Macan Tamil bersedia menandatangani perjanjian damai dengan Presiden Chandrika Kumaratunga.

Namun, baru tiga bulan berlalu, Macan Tamil menanam sebuah peledak di dua kapal perang angkatan laut milik Sri Lanka.

Dengan demikian, Macan Tamil dianggap telah melanggar perjanjian, sehingga pemerintah kembali menyatakan perang untuk perdamaian.

Baca juga: Proyek Manhattan, Program Rahasia di Balik Bom Hiroshima dan Nagasaki

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com