Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Saudara Sri Lanka (1983-2009)

Kompas.com - 12/07/2022, 16:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber thoughtco

KOMPAS.com - Perang Saudara Sri Lanka termasuk salah satu peristiwa pertempuran panjang yang pernah terjadi di dunia, yakni selama kurang lebih 25 tahun (1983-2009).

Penyebab perang saudara di Sri Lanka adalah adanya konflik antara dua etnis yang mendiami Sri Lanka, yaitu Sinhala dan Tamil.

Sinhala merupakan mayoritas penduduk Sri Lanka yang beragama Buddha. Sedangkan Tamil adalah etnis minoritas yang memeluk Hindu.

Pergolakan sebenarnya mulai terjadi setelah dikeluarkannya kebijakan bernama Ceylon Citizenship Act pada 1949 serta Sinhala Only Act pada 1956.

Dua kebijakan ini membuat etnis minorits Tamil harus kehilangan pekerjaan dan jatuh miskin, hingga mereka menuntut untuk menciptakan negara Tamil merdeka yang disebut Tamil Eelam.

Terjadinya Perang Saudara di Sri Lanka sejak 23 Juli 1983 baru dapat diselesaikan pada 19 Mei 2009, dengan korban tewas lebih dari 100.000 jiwa.

Baca juga: Sejarah Singkat Sri Lanka

Penyebab Perang Saudara Sri Lanka

Sri Lanka, yang memiliki nama resmi Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka, adalah sebuah negara pulau yang ada di pesisir tenggara India.

Sri Lanka diduduki oleh sekitar 74,9 persen orang Sinhala yang beragama Buddha, dan 11,2 persen Hindu Tamil.

Nenek moyang orang Sinhala diperkirakan telah bermigrasi dari India ke Sri Lanka pada 500-an SM. Sementara arus migrasi Hindu Tamil dari India selatan baru terjadi pada sekitar 200 SM, dan mencapai puncaknya antara abad ke-7 dan ke-11.

Ketika bangsa Inggris menjajah Sri Lanka pada 1815, masyarakat Sinhala diperkirakan telah berjumlah 10 kali lipat dari etnis minoritas Tamil.

Pada masa itu, bangsa Inggris mempekerjakan etnis Tamil di perkebunan, bahkan menempatkan sebagian dari mereka ke posisi birokrasi. Hal ini membuat orang Sinhala marah.

Setelah Sri Lanka merdeka dari Inggris pada 1948, sebagian besar posisi di pemerintahan diisi oleh orang-orang Sinhala, yang kemudian mulai menciptakan kebijakan yang mendiskriminasi etnis Tamil.

Baca juga: Penyebab Perang Saudara di Suriah

Pemerintah Sri Lanka mengeluarkan kebijakan diskriminatif, yaitu Ceylon Citizenship Act (1949) dan Sinhala Only Act (1956).

Beberapa poin yang tercantum di dalam Ceylon Citizenship Act adalah pemerintah Sri Lanka membenarkan adanya pengembalian 300.000 penduduk Tami ke India dan melarang sebanyak 700.000 warga Tamil memiliki kewarganegaraan.

Sedangkan di kebijakan Sinhala Only Act disebutkan bahwa bahasa Sinhala dijadikan sebagai bahasa nasional Sri Lanka menggantikan bahasa Inggris.

Kebijakan ini segera memicu bentrokan berdarah karena sangat diskriminatif dan menguntungkan pihak Sinhala saja.

Sementara itu, penduduk Tamil banyak yang menjadi pengangguran dan jatuh miskin karena tidak bisa menguasai bahasa Sinhala.

Baca juga: Perang Saudara di Sudan (1956-2011)

Kronologi Perang Saudara Sri Lanka

Perang Elam I

Adanya diskriminasi di Sri Lanka memicu munculnya gerakan separatis bernama Gerakan Pembebasan Macan Tamil Eelam atau Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE).

LTTE pertama kali melakukan serangan pada Juli 1983, yang menewaskan sebanyak 13 tentara Sri Lanka.

Tujuan gerakan Macan Tamil adalah untuk menciptakan negara Tamil merdeka yang disebut Tamil Eelam.

Peristiwa ini yang menjadi tonggak awal pecahnya Perang Saudara Sri Lanka atau dikenal dengan nama Perang Eelam.

Warga Sinhala yang tidak terima dengan tindakan penduduk Tamil melakukan serangan balasan dan menewaskan antara 2.500 hingga 3.000 orang Tamil.

Setelah itu, ribuan orang lainnya melarikan diri ke wilayah yang banyak diduduki oleh orang Tamil.

Baca juga: Perang Saudara yang Berkaitan dengan Perang Dingin

Dalam Perang Eelam I, LTTE membantai orang-orang Sinhala dan mengonsolidasikan kekuasaan atas gerakan separatis pada 1986.

Di puncak pertempuran, Perdana Menteri India, Indira Gandhi, menawarkan diri untuk menengahi permasalahan.

Namun, pemerintah Sri Lanka tidak percaya atas tawaran tersebut dan justru mempersenjatai dan melatih gerilyawan Tamil di kamp-kamp di India Selatan.

Sejak saat itu, hubungan antara Sri Lanka dengan India mulai memburuk, terutama setelah Sri Lanka menyita perahu nelayan India untuk mencari perlengkapan senjata.

Penduduk Tamil menyerang orang Sinhala menggunakan bom mobil, bom koper, serta ranjau darat.

Pada 1987, Perdana Menteri India, Rajiv Gandhi, memutuskan untuk terjun langsung dalam Perang Saudara Sri Lanka dengan mengirimkan 100.000 pasukan penjaga perdamaian.

Misi mereka adalah melucuti senjata para gerilyawan di kedua belah pihak sebagai persiapan untuk melaksanakan diskusi perdamaian.

Namun, Macan Tamil (LTTE) menolak melucuti senjata mereka dan justru mengirim pengebom wanita dan tentara anak-anak untuk menyerang orang-orang India.

Baca juga: Latar Belakang Lahirnya Nasionalisme di India

Perang Eelam II

Pada 1990, Presiden Sri Lanka, Ranasinghe Premadasa, memaksa India menarik kembali pasukan penjaga perdamaiannya.

Setelah mundur, perang justru memasuki fase yang lebih berdarah lagi, disebut sebagai Perang Eelam II.

Dalam perang ini, Macan Tamil menangkap sekitar 600-700 petugas polisi Sinhala di Provinsi Timur pada 11 Juni 1990, dengan tujuan melemahkan kontrol pemerintah di sana.

Macan Tamil pun berjanji tidak akan membahayakan mereka apabila para petugas polisi bersedia menyerah.

Setelah menyerah, para militan justru membawa para petugas polisi ke dalam hutan, memaksa mereka berlutut, dan menembak mati mereka semua.

Seminggu setelah kejadian ini, Menteri Pertahanan Sri Lanka menyatakan perang secara habis-habisan.

Bahkan, pemerintah menghentikan semua pengiriman obat-obatan serta makanan ke Benteng Tamil di Semenanjung Jaffna dan melancarkan pengeboman secara intensif.

Baca juga: Insiden Jembatan Marco Polo, Awal Perang China-Jepang II

Macan Tamil menanggapi hal itu dengan melakukan pembantaian atas ratusan penduduk Sinhala serta umat Muslim.

Pada Juli 1991, sebanyak 5.000 orang Macan Tamil mengepung pangkalan militer pemerintah di Elephant Pass selama satu bulan.

Pertempuran itu menewaskan sekitar 2.000 korban jiwa di antara kedua belah pihak.

Perang Eelam III

Setelah perang berdarah, pada Januari 1995, Macan Tamil bersedia menandatangani perjanjian damai dengan Presiden Chandrika Kumaratunga.

Namun, baru tiga bulan berlalu, Macan Tamil menanam sebuah peledak di dua kapal perang angkatan laut milik Sri Lanka.

Dengan demikian, Macan Tamil dianggap telah melanggar perjanjian, sehingga pemerintah kembali menyatakan perang untuk perdamaian.

Baca juga: Proyek Manhattan, Program Rahasia di Balik Bom Hiroshima dan Nagasaki

Pemerintah mengirim jet angkatan udara untuk menggempur kamp pengungsi di Semenanjung Jaffna.

Sementara itu, pasukan angkatan darat melakukan sejumlah pembantaian terhadap warga sipil di Tampalakamam, Kumarapuram, dan di beberapa tempat lainnya.

Pada akhir Desember 1995, sebanyak 350.000 pengungsi Tamil dan gerilyawan Macan Tamil melarikan diri ke pedalaman di wilayah Vanni.

Kemudian, pada Juli 1996, Macan Tamil meluncurkan serangan selama delapan hari berturut-turut di Kota Mullaitivu, yang sedang dijaga oleh 1.400 tentara pemerintah Sri Lanka.

Lebih dari 1.400 tentara pemerintah tewas, sementara Macan Tamil kehilangan 332 pasukannya. Sampai tahun 2000, Macan Tamil terus memberikan serangan hebat.

Bahkan, Norwegia mulai mencoba ikut merundingkan penyelesaikan, karena orang-orang Sri Lanka sudah terlalu lelah akibat pertempuran hebat.

Macan Tamil akhirnya mendeklarasikan gencatan senjata secara sepihak pada Desember 2000.

Namun, pada 2001, Macan Tamil kembali melanggar janjinya dengan membatalkan gencatan senjata dan kembali menyerang Semenanjung Jaffna.

Baca juga: Perang Saudara Islam III: Penyebab, Jalannya Pertempuran, dan Akhir

Penyelesaian Perang Saudara di Sri Lanka

Sepanjang 2002 hingga 2003, Macan Tamil dengan pemerintah Sri Lanka berusaha merundingkan gencatan senjata dan menandatangani Nota Kesepahaman, yang lagi-lagi dimediasi oleh Norwegia.

Namun, pada 31 Oktober 2003, Macan Tamil menyatakan kekuasaannya atas wilayah utara dan timur Sri Lanka, sehingga membuat pemerintah menyatakan keadaan darurat.

Setelah tsunami Samudra Hindia melanda Sri Lanka pada 26 Desember 2004 dan menewaskan 35.000 orang, perselisihan kembali terjadi.

Hal ini disebabkan oleh perselisihan akan siapa yang mendistribusikan bantuan di daerah-daerah kekuasaan Macan Tamil.

Dalam kurun waktu beberapa tahun berikutnya, belum ditemukan jalan keluar untuk menyelesaikan Perang Saudara Sri Lanka.

Baca juga: Dampak Perang Dingin bagi Negara Dunia Ketiga

Setelah perundingan damai di Swiss pada Oktober 2006 tidak membuahkan hasil, pemerintah Sri Lanka melancarkan serangan besar-besaran untuk memusnahkan etnis minoritas Tamil di bagian utara dan timur negaranya.

Serangan paling berdarah terjadi antara 2007-2009, di mana puluhan ribu warga sipil terperangkap di antara tentara pemerintah dan tentara Macan Tamil.

Pada periode ini, tentara pemerintah sama sekali tidak memiliki ampun. Banyak pemberontak yang merasa terjepit dan menyerah, tetapi tetap dieksekusi secara brutal.

Sampai akhirnya, pada 16 Mei 2009, pemerintah Sri Lanka menyatakan kemenangan mereka atas Macan Tamil.

Pertempuran selama hampir 26 tahun itu telah menewaskan 100.000 orang lebih dari dua belah pihak yang berseteru.

Tidak hanya itu, selama peperangan, pemerintah Sri Lanka dan pemberontak sama-sama dituduh melakukan kejahatan perang.

Akan tetapi, para pelaku kekejaman yang melakukan pelanggaran HAM dalam Perang Saudara Sri Lanka tidak pernah diadili.

 

Referensi:

  • Mehta, A. (2010). Sri Lanka's Ethnic Conflict: How Eelam War IV was Won. New Delhi: Centre for Land Warfare Studies (CLAWS).
  • Mushtaq, S. (2012). Identity Conflict in Sri Lanka: A Case of Tamil Tigers. International Journal of Humanities and Social Science.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com