Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentuk Pemerintahan di Indonesia Sebelum Masuknya Hindu-Buddha

Kompas.com - 23/05/2022, 15:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menurut catatan sejarah, sebelum merdeka dan menjadi negara kesatuan yang berbentuk republik, di Indonesia pernah terdapat beberapa bentuk pemerintahan.

Pada masa penjajahan misalnya, masyarakat lebih familiar dengan bentuk pemerintahan berupa kerajaan, yang terbentuk sejak datangnya pengaruh Hindu-Buddha.

Lantas, apa bentuk pemerintahan sebelum masuknya Hindu-Buddha di indonesia?

Baca juga: Siapa Suku Asli di Indonesia?

Pemerintahan kesukuan

Masyarakat Nusantara dalam memilih pemimpin sebelum mendapat pengaruh Hindu-Buddha adalah dengan cara demokratis dari suatu kelompok suku.

Pasalnya, sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha sistem pemerintahan di Indonesia adalah kesukuan.

Awal mula masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia adalah melalui jalur perdagangan, tepatnya pada awal Masehi.

Hal ini turut dipengaruhi oleh letak Indonesia yang sangat strategis, khususnya dalam hal pelayaran dan perdagangan.

Melalui hubungan dagang itulah, kemudian muncul pengaruh yang berujung pada akulturasi kebudayaan.

Setelah budaya Hindu dan Buddha masuk, Indonesia mengalami pembaruan yang cukup besar dalam berbagai bidang, salah satunya dalam hal pemerintahan.

Baca juga: Wujud Akulturasi Budaya Lokal dengan Hindu-Buddha

Dalam sistem pemerintahan, terjadi pergeseran konsep kekuasaan dan politik.

Masuknya Hindu Buddha membawa pengaruh terhadap terbentuknya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha.

Semula pemimpinnya adalah kepala suku, setelah pengaruh Hindu-Buddha masuk, pemimpinnya adalah raja.

Apabila ditelusuri, sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha, sistem pemerintahan di Indonesia adalah kesukuan.

Bentuk pemerintah kesukuan ini adalah sebuah sistem yang diterapkan di berbagai wilayah Nusantara, salah satunya Jawa.

Seperti namanya, bentuk pemerintahan kesukuan tidak mengenal adanya partai politik (parpol).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com