Ilmu pengetahuan juga berkembang pada masa ini, dibuktikan dengan adanya dokter terkenal bernama Hipokrates.
Sedangkan bidang sastra Makedonia juga mengalami perkembangan dengan munculnya penyair bernama Melanipides, Pindaros, Koirilos, Timoteos, dan Agaton.
Ada juga Aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani Kuno yang kemudian pindah ke Makedonia.
Baca juga: Biografi Al-Farabi, Guru Kedua Filsafat Setelah Aristoteles
Baca juga: Kekaisaran Seleukia: Sejarah, Raja-raja, Kejayaan, dan Keruntuhan
Dalam perjalanan kembali ke Makedonia dari misi ekspansi wilayah, Aleksander Agung mengalami demam tinggi selama beberapa hari hingga kemudian meninggal pada 323 SM.
Aleksander Agung meninggal tanpa menunjuk sosok yang akan menggantikannya sebagai penerus dari Kerajaan Makedonia.
Oleh karena itu, sepeninggal Aleksander Agung, Kerajaan Makedonia dipecah menjadi empat wilayah yang masih-masing dipimpin oleh para jenderalnya, bukan diwariskan kepada Aleksander IV.
Kendati demikian, para jenderal ini terlibat dalam perang perebutan kekuasaan. Sehingga pada masa ini, Makedonia kerap berganti raja.
Baca juga: Sejarah Singkat Republik Romawi
Selama Perang Punisia Kedua (218-201 SM), Makedonia terlibat perselisihan dengan Republik Romawi yang memicu Perang Makedonia Pertama (214-205 SM).
Peperangan ini dimenangkan oleh Romawi, yang semakin memantapkannya sebagai kekuatan terbesar di wilayah Mediterania.
Kendati demikian, perselisihan belum usai dan akhirnya pecah Perang Makedonia Kedua (200-197 SM), Ketiga (171-168 SM) dan Perang Makedonia Keempat (150-148 SM).
Seperti peperangan pertama, tiga periode peperangan tersebut kembali dimenangkan oleh pihak Romawi, yang menandai akhir kekuasaan Kerajaan Makedonia.
Riwayat Makedonia berakhir setelah dianeksasi dan menjadi salah satu provinsi Romawi pada 148 SM.
Referensi: