Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kerajaan Makedonia: Sejarah, Kejayaan, Raja-raja, dan Keruntuhan

Kerajaan Makedonia terkenal karena Aleksander Agung (338-323 SM), rajanya yang mampu menguasai wilayah dari Eropa hingga ke Asia Selatan.

Luasnya wilayah kekuasaan itu membuat berkembangnya budaya Hellenistik di bekas wilayah Makedonia.

Selain wilayahnya luas, Makedonia menjadi negara yang berkembang berkat ilmu pengetahuan, arsitektur, seni, dan teknologinya.

Kerajaan Makedonia pada akhirnya pecah menjadi empat wilayah setelah Alexander Agung meninggal pada 323 SM.

Eksistensinya benar-benar hilang setelah dianeksasi oleh Romawi pada 146 SM.

Berdirinya Makedonia

Makedonia merupakan kerajaan kuno yang berada di utara semenanjung Yunani.

Sebelum kedatangan Suku Mackednoi, wilayah tersebut bernama Emathia, yang kemudian dinamai Makedonia, diambil dari dewa mereka, yakni dewa Makedon.

Suku Mackednoi yang dipimpin oleh Caranas kemudian mendirikan Kerajaan Makedonia pada abad ke-7 SM.

Kendati demikian, banyak yang menganggap Caranas hanyalah makhluk mitologi yang namanya diambil dari dewa orang-orang Mackednoi.

Sedangkan Herodotus, sejarawan Yunani Kuno, menyatakan bahwa raja pertama Makedonia adalah Perdikkas, keturunan Temenus yang merupakan keturunan dari pahlawan Yunani, Herakles.

Perkembangan Kerajaan Makedonia

Selama berdirinya, Kerajaan Makedonia berusaha untuk tidak terlibat dalam konflik yang terjadi di Yunani.

Namun, saat Kekaisaran Akhemeniyah dari Persia menyerang Yunani pada abad ke-4 SM, Makedonia ikut menjadi daerah bawahannya.

Akhemeniyah melepaskan Makedonia setelah mereka diusir dari Yunani pada akhir abad ke-4 SM.

Setelah lepas dari kekuasaan Akhemeniyah, Makedonia terlibat konflik dengan Yunani, yang berlangsung hingga berakhirnya kekuasaan Perdikas III.

Perdikas III kemudian digantikan oleh Filipos II, yang segera merombak militer dan sistem pemerintahan Makedonia.

Pada masa Filipos II, Makedonia bersemangat untuk memperluas kekuasaan hingga berhasil menguasai beberapa wilayah Yunani dan berdamai dengan Athena.

Kehidupan masyarakat Makedonia

Makedonia terbagi antara dataran tinggi, yang berupa hutan lebat, dan dataran rendah yang subur dan diairi oleh tiga sungai.

Tanaman dari dataran rendah dan kayu dari dataran tinggi menjadi komoditas perdagangan utama para pemukim awal dan terus berlangsung sepanjang sejarah Makedonia.

Sistem pertanian Makedonia sudah sangat maju, dibuktikan dengan dibangunnya irigasi, reklamasi lahan, dan kegiatan budidaya kebun.

Selain bertani, ada pula yang memiliki mata pencarian sebagai peternak kuda dan sapi.

Selain itu, sumber pendapatan Kerajaan Makedonia berasal dari penebangan kayu dan petambangan tembaga, besi, emas, serta perak.

Masyarakat Makedonia masih terpengaruh dengan budaya Yunani Kuno, karena wilayahnya yang berbatasan langsung dengan Yunani.

Budaya Yunani Kuno memengaruhi sistem kepercayaan masyarakat Makedonia, yang umumnya menyembah dewa-dewi seperti orang Yunani Kuno.

Kejayaan Makedonia

Kerajaan Makedonia berjaya ketika di bawah kekuasaan Aleksander Agung (338-323 SM).

Aleksander Agung memimpin Kerajaan Makedonia menguasai Yunani daratan, Asia Kecil, Syam, Mesir Kuno, Mesopotamia, Persia, dan berbagai wilayah di Asia Tengah dan Selatan.

Perkembangan arsitektur dibuktikan dengan adanya istana bekas Kerajaan Makedonia, seperti situs di Pella dan kediaman keluarga kerajaan di Demetrias di dekat Volos, Yunani.

Selain itu, pada masa Makedonia, ditemukan alat pemeras zaitun yang digunakan untuk membuat minyak zaitun.

Kerajaan Makedonia juga telah mengenalkan sistem pembayaran dengan mata uang kuno, yang diproduksi dengan bahan dari perak.

Ilmu pengetahuan juga berkembang pada masa ini, dibuktikan dengan adanya dokter terkenal bernama Hipokrates.

Sedangkan bidang sastra Makedonia juga mengalami perkembangan dengan munculnya penyair bernama Melanipides, Pindaros, Koirilos, Timoteos, dan Agaton.

Ada juga Aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani Kuno yang kemudian pindah ke Makedonia.

Runtuhnya Makedonia

Dalam perjalanan kembali ke Makedonia dari misi ekspansi wilayah, Aleksander Agung mengalami demam tinggi selama beberapa hari hingga kemudian meninggal pada 323 SM.

Aleksander Agung meninggal tanpa menunjuk sosok yang akan menggantikannya sebagai penerus dari Kerajaan Makedonia.

Oleh karena itu, sepeninggal Aleksander Agung, Kerajaan Makedonia dipecah menjadi empat wilayah yang masih-masing dipimpin oleh para jenderalnya, bukan diwariskan kepada Aleksander IV.

Kendati demikian, para jenderal ini terlibat dalam perang perebutan kekuasaan. Sehingga pada masa ini, Makedonia kerap berganti raja.

Selama Perang Punisia Kedua (218-201 SM), Makedonia terlibat perselisihan dengan Republik Romawi yang memicu Perang Makedonia Pertama (214-205 SM).

Peperangan ini dimenangkan oleh Romawi, yang semakin memantapkannya sebagai kekuatan terbesar di wilayah Mediterania.

Kendati demikian, perselisihan belum usai dan akhirnya pecah Perang Makedonia Kedua (200-197 SM), Ketiga (171-168 SM) dan Perang Makedonia Keempat (150-148 SM).

Seperti peperangan pertama, tiga periode peperangan tersebut kembali dimenangkan oleh pihak Romawi, yang menandai akhir kekuasaan Kerajaan Makedonia.

Riwayat Makedonia berakhir setelah dianeksasi dan menjadi salah satu provinsi Romawi pada 148 SM.

Referensi:

  • Nazarman. (2021). Mengungkap Kerajaan Sribujaye Peradaban Manusia Pertama Di Bumi Ibu Pertiwi Nusantara Perkembangan Kerajaan Di Zaman Bumi Fana. Yogyakarta: Penerbit Deepublish. hlm 10.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/04/14/080000079/kerajaan-makedonia-sejarah-kejayaan-raja-raja-dan-keruntuhan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke