Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Udayana, Penguasa Bali yang Menurunkan Raja-raja Kediri

Kompas.com - 11/03/2022, 12:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Udayana Warmadewa atau singkatnya Udayana, adalah salah satu Raja Bali yang sangat terkenal.

Raja Udayana memerintah di Kerajaan Bali antara 989 hingga 1011 didampingi permaisurinya Mahendradatta atau Gunapriya Dharmaptani.

Mahendradatta adalah adik kandung Dharmawangsa Teguh, raja Kerajaan Medang periode 991–1007 yang berpusat di Jawa Timur.

Selain dikenal sebagai Raja Bali yang berjasa besar dan sangat dihormati rakyatnya, Udayana juga merupakan penguasa yang menurunkan raja-raja Kerajaan Kediri di Jawa Timur.

Baca juga: Kerajaan Bali: Berdiri, Raja-raja, Kehidupan Sosial, dan Peninggalan

Naik takhta

Gelar lengkap Raja Udayana dari Dinasti Warmadewa adalah Sang Ratu Maruhani Sri Dharmodayana Warmadewa.

Ia merupakan putra Janashadu Warmadewa yang memerintah Kerajaan Bali antara 975-983.

Udayana naik takhta pada 989, menggantikan penguasa perempuan pertama di Bali, Sri Wijaya Mahadewi (983-989).

Raja Udayana memiliki kedekatan dengan salah satu kerajaan yang ada di Pulau Jawa, yaitu Kerajaan Medang di Jawa Timur.

Berkat kedekatannya tersebut, ia memiliki permaisuri dari Jawa, yaitu Mahendradatta, yang merupakan adik Raja Dharmawangsa Teguh dari Kerajaan Medang.

Setelah menjadi permaisuri Raja Udayana, Mahendradatta bergelar Sang Ratu Luhur Sri Gunapriya Dharmapatni.

Baca juga: Kerajaan Gianyar: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan

Pernikahan Udayana dan Mahendradatta melahirkan Airlangga, yang kelak menjadi pewaris Kerajaan Medang, setelah meninggalnya Dharmawangsa Teguh.

Dalam sejarah, disebut bahwa Airlangga dinikahkan dengan putri Dharmawangsa Teguh.

Oleh karena itu, setelah Dharmawangsa Teguh meninggal dalam peristiwa Pralaya Medang, Airlangga menjadi pewaris takhta Medang.

Hal itu membuat Udayana sebagai Raja Bali yang keturunannya menjadi Raja Medang.

Selain Airlangga, nama putra Raja Udayana yang lain adalah Marakata Pangkaja serta Anak Wungsu, yang kelak menggantikannya memimpin Kerajaan Bali.

Kebijakan Raja Udayana

Selama menjadi pemimpin Kerajaan Bali, Raja Udayana dibantu seorang Mpu bernama Mpu Agung atau Mpu Kuturan.

Baca juga: Pralaya Medang, Serangan yang Meruntuhkan Kerajaan Mataram Kuno

Pada masa pemerintahan Raja Udayana, masyarakat Bali dikenalkan dengan sistem pura yang dikenal dengan Pura Khayangan Tiga.

Pura Khayangan Tiga dibuat karena saat itu banyak aliran keagamaan di Bali yang kerap menimbulkan perbedaan kepercayaan dan perselisihan di masyarakat.

Perselisihan itu juga membawa pengaruh buruk terhadap jalannya pemerintahan kerajaan, sehingga Raja Udayana mengutus Empu Kuturan untuk mengadakan pertemuan dengan para tokoh agama di Bali.

Hasil pertemuan tersebut adalah dibangun Kahyangan Tiga, yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja Tri Murthi (Brahma, Wisnu dan Siwa), yang merupakan manifestasi Hyang Widhi Wasa.

Selain itu, Raja Udayana juga memperkenalkan sistem perekonomian yang lebih maju di Bali pada saat itu.

Raja Udayana memperkenalkan uang kartal sebagai alat pembayaran dan menggantikan sistem barter.

Baca juga: Kerajaan Badung: Sejarah, Raja-raja, Keruntuhan, dan Peninggalan

Dengan mengenalkan sistem uang ini, proses penarikan pajak menjadi lebih mudah.

Atas jasa-jasanya itulah, Raja Udayana menjadi salah satu penguasa Bali yang dihormati masyarakat hingga saat ini.

Wafat

Raja Udayana meninggal pada 1011. Setelah itu, takhta jatuh ke tangan Marakata Pangkaja (1011-1022) dan kemudian Anak Wungsu (1049-1077).

Sedangkan Airlangga, mewarisi takhta Kerajaan Medang setelah meninggalnya Raja Dharmawangsa Teguh dalam peristiwa Pralaya Medang.

Namun, tidak lama kemudian, Airlangga membangun kerajaannya sendiri, yaitu Kerajaan Kahuripan, yang akhirnya dipecah menjadi dua, yaitu Kerajaan Jenggala dan Kerajaan Kediri, untuk menghindari perang saudara.

Itulah mengapa, Udayana disebut sebagai Raja Bali yang menurunkan raja-raja Kerajaan Kediri.

 

Referensi:

  • Shastri, Narendra Dev Pandit. (1963). Sejarah Bali Dwipa. Bali: Bhuvana Saraswati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com