Penduduk Bali baru menyadari berita proklamasi setelah beberapa pasukannya dikirim ke Jawa.
Akibatnya, upaya peralihan kekuasaan di Bali juga mengalami keterlambatan karena belum tahu bahwa Indonesia sudah merdeka.
Baca juga: Puputan Margarana, Pertempuran Rakyat Bali Mengusir Belanda
Akhir Agustus 1945, para pemuda Bali membentuk suatu organisasi seperti Angkatan Muda Indonesia (AMI) yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Sindhu.
Masih di waktu yang sama, muncul juga AMI di Singaraja, yang dipimpin oleh Cokorda Sudarsana.
Selain AMI, di Bali juga terbentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian menjadi TKR pada 29 Oktober 1945, dipimpin oleh Mayor I Gusti Ngurah Rai.
Setelah TKR dibentuk,Kementerian Pertahanan RI menunjuk Kapten Subroto Aryo Mataram sebagai penghubung antara induk pasukan di Bali dengan yang di Jawa.
Baca juga: Perlawanan Rakyat Kalimantan terhadap Jepang
Selain itu, ditunjuk pula Kapten I Nyoman Pegeg, sebagai penghubung pasukan di Bali dengan pasukan di Jawa.
Ketika itu, antara rakyat Bali dengan Jepang masih saling terlibat konflik. Beberapa insiden juga terjadi antara pemuda Bali dengan militer Jepang.
Hal ini karena pihak Jepang selalu menghambat ditegakkannya kedaulatan NKRI, yang sudah resmi merdeka pada 17 Agustus 1945.
Puncak pemberontakan terjadi tanggal 13 Desember 1945. I Gusti Ngurah Rai memiliki rencana untuk merebut senjata Jepang. Sayangnya, rencana ini bocor.
Jepang pun akhirnya mengambil tindakan dan berusaha melawan para pejuang Bali.
Dalam pertempuran ini, sejumlah orang Jepang diketahui tewas, sementara banyak pemuda Bali ditangkap dan disiksa Jepang.
Referensi: