Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlawanan Rakyat Indramayu terhadap Jepang

Kompas.com - 28/12/2021, 08:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada 1944, rakyat Indramayu melakukan perlawanan terhadap Jepang.

Perlawanan rakyat Indramayu disebabkan oleh adanya kewajiban untuk menyetorkan hasil penanaman padi kepada Jepang.

Di bawah pimpinan para tokoh, rakyat Indramayu melakukan perlawanan terhadap Jepang secara besar-besaran, hingga ke pelosok-pelosok desa.

Baca juga: Mengapa Jepang Menyerah Tanpa Syarat kepada Sekutu?

Latar belakang

Pada 1942, Jepang mendarat di Indonesia dan ingin berkuasa karena mengincar kekayaan sumber-sumber bahan mentah, terutama minyak bumi, yang dimanfaatkan untuk kepentingan perangnya.

Jepang pun berhasil merebut Indonesia dari tangan Belanda pada Maret 1942. Daerah Indramayu juga tidak luput dari perhatian mereka.

Pada 3 Maret 1942, Jepang mendarat di Eretan, Indramayu, tepatnya di Kampung Sumur Sereh.

Pada saat itu, para serdadu Jepang yang umumnya berpangkat jenderal datang ke sebuah pendopo yang ada di Indramayu.

Mereka pun menuntut penduduk setempat memberi hormat. Siapa pun yang menolak, maka akan dipukul atau diteriaki bagero yang berarti bodoh.

Sejak saat itu, rakyat menjadi sangat murka terhadap Jepang. Kemarahan mereka memuncak saat penduduk Indramayu yang mayoritas bekerja sebagai buruh tani diwajibkan untuk menyerahkan hasil panen padi.

Peristiwa inilah yang melatarbelakangi pemberontakan petani di Indramayu terhadap Jepang.

Baca juga: Keimin Bunka Shidoso, Lembaga Kebudayan Buatan Jepang

Jalannya perlawanan

Perlawanan rakyat Indramayu diprakarsai oleh petani dan dipimpin oleh para ulama.

Beberapa tokoh Indramayu dalam perlawanan rakyat terhadap Jepang adalah Haji Madriyas, Haji Kartiwa, dan Kyai Srengseng.

Pada Maret 1944, petani yang ada di Desa Kaplongan melancarkan protes karena masalah kewajiban serah padi.

Tentara Jepang yang ada di Cirebon setelah mendengar masalah itu segera datang dengan membawa satu kompi truk melalui Desa Kedungbunder.

Setelah itu, ditambah lagi satu truk polisi berisi senjata lengkap menuju ke Desa Kaplongan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com