KOMPAS.com - Perlawanan rakyat Singaparna adalah aksi perlawanan yang dilakukan rakyat Singaparna terhadap Jepang pada 25 Februari 1944.
Perlawanan Rakyat Singaparna dipimpin oleh KH Zainal Mustofa.
Perlawanan ini terjadi karena rakyat Singaparna diharuskan melakukan kegiatan Seikerei atau penghormatan terhadap Dewa Matahari.
Baca juga: Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Jepang
Pasca-perpindahan kekuasaan dari Belanda ke Jepang, Jepang mengharuskan rakyat Singaparna untuk melakukan Seikerei.
Seikerei adalah tradisi penghormatan kepada Dewa Matahari dengan cara membungkukkan badan ke arah matahari terbit setiap pagi.
KH Zainal Mustafa, pemimpin sebuah pesantren di Singaparna, Tasikmalaya, pun menentang kebijakan tersebut karena tradisi Seikerei bertentangan dengan hukum Islam.
Untuk itu, KH Zainal Mustafa mengupayakan agar para santrinya menghindari tindakan menyekutukan Tuhan.
Ia meminta para santrinya untuk memperkuat keyakinannya dan juga mengajarkan mereka bela diri silat.
Namun, persiapan KH Zainal Mustafa terendus oleh Jepang.
Pada 24 Februari 1944, utusan Jepang datang untuk menangkap Zainal Mustafa.
Namun, berkat perlawanan dari rakyat dan para santri, Jepang gagal menangkap Zainal dan mundur ke Tasikmalaya.
Baca juga: Zainal Mustafa: Latar Belakang dan Perlawanan terhadap Penjajah
Tindakan tegas yang dimaksud adalah militer Jepang mengirim pasukannya pada 25 Februari 1944 untuk menyerang KH Zainal Mustafa dan rakyat Singaparna.
Sedangkan, perlawanan yang dilakukan oleh KH Zainal Mustafa adalah menyabotase, memutus kawat-kawat telepon, dan membebaskan para tahanan politik.
Zainal juga meminta para santrinya untuk menyiapkan bambu runcing dan golok untuk melawan Jepang.