KOMPAS.com - Ketika Jepang pertama kali datang ke Indonesia, tahun 1942, Jepang berperan layaknya "saudara tua" yang ingin membebaskan Indonesia dari imperialisme Barat.
Awalnya, rakyat Indonesia menyambut kedatangan Jepang dengan sangat gembira.
Namun, Jepang ternyata hanya memanfaatkan Indonesia untuk kepentingan perangnya.
Guna mendapat simpati dari rakyat Indonesia, Jepang mengizinkan pengibaran bendera merah putih berdampingan dengan bendera Jepang.
Baca juga: Pengungsi Vietnam 1975
Kala itu, tujuan Jepang sebenarnya adalah untuk menyatukan Indonesia di bawah kekaisaran Jepang alih-alih memerdekakan Indonesia.
Untungnya, dalam melawan imperialisme Barat, kemenangan Jepang tidak bertahan lama.
Untuk itu, Jepang pun berusaha meraih dukungan dari rakyat Indonesia. Jepang membentuk berbagai organisasi dan menggandeng beberapa tokoh nasional.
Kemudian, Jepang juga memberikan janji kemerdekaan yang dikenal dengan Janji Koiso.
Janji Koiso berisi janji kekaisaran Jepang untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
Pemerintah Jepang sengaja mengeluarkan janji ini karena tahu bahwa rakyat Indonesia sangat menginginkan kemerdekaan.
Baca juga: Mengapa Trunojoyo Memberontak dari Amangkurat I?
Untuk itu, agar rakyat mau tetap bekerja dengan Jepang, Jepang memberikan janji kemerdekaan tersebut.
Selain Janji Koiso, Jepang juga mengizinkan pengibaran bendera Merah Putih berdampingan dengan bendera Jepang.
Jepang juga mengizinkan lagu kebangsaan Indonesia, Indonesia Raya, dikumandangkan.
Izin Jepang terhadap pengibaran bendera Merah Putih dan lagu Indonesia Raya sendiri tidak lepas dari maksud untuk menarik simpati rakyat Indonesia agar mau membantu Jepang.
Oleh sebab itu, setelah Jepang memberikan izin, Fatmawati, istri dari Soekarno, segera menjahit sang saka Merah Putih.