Setelah resmi mendirikan Dinasti Ayyubiyah, Salahuddin kemudian mengembalikan ajaran Sunni ke Mesir.
Ambisi Salahuddin untuk menggeser aliran Syiah dengan Islam Sunni pun tercapai. Segera setelah berkuasa, ia juga melakukan ekspansi wilayah dengan menguasai Yaman pada 1174 dan Suriah pada 1180-an.
Salahuddin yang berhasil menyatukan berbagai wilayah Islam membuatnya dikenal sebagai khalifah yang memiliki kerajaan terbesar saat itu.
Dengan kekuatannya itu, Salahuddin menggunakannya untuk kampanye menaklukkan Yerusalem.
Baca juga: Asal-usul Perpecahan Islam Sunni dan Syiah
Pada masa pemerintahan Salahuddin Al Ayyubi, ia juga berhasil merebut Yerusalem dari Kerajaan Yerusalem.
Peristiwa ini terjadi setelah Raja Guy dari Lusignan mendukung Raynald dari Chatillon untuk menyerang peziarah dan pedagang Muslim.
Bahkan Raja Guy dari Lusignan mengancam akan menyerang kota Mekkah dan Madinah.
Merespons ancaman itu, Salahuddin menyerang Yerusalem pada 4 Juli 1187 yang kemudian dikenal dengan Perang Hattin.
Setelah berhasil menguasai daerah sekitar Yerusalem, Salahuddin menangkap Raynald dan mengeksekusinya.
Pasukan Salahuddin kemudian bergerak ke Yerusalem dan mengepungnya pada September 1187.
Yerusalem akhirnya berhasil dikuasai oleh Salahuddin Al Ayyubi pada 2 Oktober 1187.
Baca juga: Tokoh-Tokoh Perang Salib
Setelah berhasil menguasai Yerusalem, Salahuddin kemudian dihadapkan dengan pasukan Salib yang dipimpin oleh Raja Richard dari Inggris.
Pertempuran dengan tentara Salib berakhir dengan perjanjian damai antara Salahuddin Al Ayyubi dan Richard dari Inggris.
Beberapa tahun setelah serangan tentara Salib di bawah pimpinan Raja Richard dari Inggris, Salahuddin Al Ayyubi meninggal dunia.
Kematian Salahuddin Al Ayyubi terjadi pada 1192, setelah melakukan Perjanjian Ramla dengan Raja Richard.
Dalam perjanjian itu, Yerusalem tetap dikuasai Muslim dan terbuka bagi peziarah Kristen.
Referensi: