Dari kongres itu, lahir Pandu Rakyat Indonesia (PRI) pada 28 Desember 1945, sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang diakui pemerintah.
Baca juga: Tingkatan Pramuka Siaga
Namun, ketika Belanda kembali datang ke Indonesia, PRI dilarang dan resmi dicabut pada 6 September 1951.
Hal itu kemudian mendorong munculnya organisasi lain, seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), dan Kepanduan Indonesia Muda (KIM).
Mulai tahun 1960, pemerintah dan MPRS berupaya untuk memperbaiki organisasi kepramukaan di Indonesia.
Pada 9 Maret 1961, Presiden Soekarno mengumpulkan para tokoh dari gerakan kepramukaan Indonesia dan mengatakan bahwa organisasi kepanduan yang sudah ada harus diperbaiki.
Dalam kesempatan ini, Presiden Soekarno juga membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka yang terdiri dari Sultan HB IX, A Aziz Saleh, dan Achamadi.
Baca juga: Mengapa Seragam Pramuka Berwarna Coklat?
Hasil kerja dari panitia tersebut adalah dikeluarkannya lampiran Keppres No. 238 tahun 1961 tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.
Kemudian melalui Keppres 238/1961, Gerakan Kepanduan Indonesia akhirnya menjadi Gerakan Praja Muda Karana.
Setelah itu, tanggal 30 Juli 1961, di Istora Senayan, seluruh tokoh kepanduan Indonesia menyatakan menggabungkan diri dalam organisasi Gerakan Pramuka.
Hari bersejarah tersebut kemudian disebut sebagai Hari Ikrar Gerakan Pramuka.
Pada 14 Agustus 1961, dilakukan MAPINAS (Majelis Pimpinan Nasional) yang diketuai oleh Preiden Soekarno.
Baca juga: Motto Gerakan Pramuka Beserta Fungsi dan Manfaatnya
Dalam majelis ini, terjadi penyerahan panji-panji pramuka oleh Presiden Soekarno kepada para tokoh Pramuka.
Acara ini juga dihadiri oleh ribuan anggota pramuka untuk memperkenalkan gerakan Pramuka kepada masyarakat.
Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Hari Lahir Pramuka, yang masih diperingati sampai saat ini.
Kata Pramuka merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang berarti jiwa muda yang suka berkarya.
Namun, sebelum singkatan ini ditetapkan, kata Pramuka asalnya diambil oleh Sultan HB IX dari kata Poromuko, yang berarti pasukan terdepan dalam perang.
Referensi: