Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soekarno Presiden Seumur Hidup: Latar Belakang dan Kontroversinya

Kompas.com - 17/11/2021, 10:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Gerakan Kekaryaan ini digalakkan untuk membendung infiltrasi paham komunisme yang digencarkan PKI. 

Saat itu, PKI memang tengah berada di puncak kejayaan dalam Pemilu 1957, mendapat suara terbanyak dari empat partai lainnya. 

Oleh sebab itu, jika pemilihan umum (pemilu) diselenggarakan sesuai jadwal, tahun 1963, maka PKI diperkirakan akan menang kembali. 

Keunggulan PKI lantas membuat lawannya merasa khawatir, terutama sayap kanan di tubuh TNI.

Tidak hanya mereka, Angkatan 45 juga khawatir. 

Alhasil, Angkatan 45 memberi ide pengangkatan Soekarno sebagai Presiden Indonesia seumur hidup terhadap MPRS dan disetujui. 

Setelah disetujui, lahirlah Tap MPRS No. III/MPRS/1963 tentang Pengangkatan Pemimpin Besar Revolusi Indonesia, Sukarno, menjadi Presiden Republik Indonesia seumur hidup.

Usai keputusan ditetapkan, Chaerul Saleh diutus MPRS untuk menyampaikan hasil keputusan tersebut kepada Soekarno. 

Chaerul Saleh pun segera menemui Soekarno dan menyampaikan usulan diangkatnya beliau sebagai Presiden seumur hidup.

Setelah mendengar usulan itu, Soekarno sempat merasa terbujuk. 

Namun, Soekarno juga merasa khawatir jika dirinya diangkat sebagai Presiden seumur hidup akan mencoreng wajahnya di depan dunia internasional, karena tidak menjadi pemimpin yang demokratis.

Namun, karena terus didesak, akhirnya Soekarno pun melunak.

Dengan berati hati, Soekarno menyetujui usulan tersebut, Soekarno tetap merasa bahwa tindakan ini tidaklah benar.

Ia khawatir akan kritik dari dunia internasional terhadapnya dan Indonesia.

Baca juga: PKI: Asal-usul, Pemilu, Pemberontakan, Tokoh, dan Pembubaran

Penyimpangan

Keputusan menetapkan Soekarno sebagai Presiden Indonesia selama seumur hidup ini dinilai menyimpang dari UUD 1945.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com