Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soekarno Presiden Seumur Hidup: Latar Belakang dan Kontroversinya

Kompas.com - 17/11/2021, 10:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.comSoekarno adalah presiden pertama Indonesia yang dilantik pada 18 Agustus 1946 di Gedung Cuo Sangi In, sekarang bernama Gedung Pancasila.

Alasan Soekarno diangkat sebagai Presiden Indonesia adalah karena ia dipilih secara aklamasi oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Soekarno dianggap memiliki karakter pemimpin yang memang dibutuhkan oleh masyarakat pada masa perjuangan.

Soekarno pun terus menjabat sebagai presiden sampai tahun 1967.

Namun, empat tahun sebelum lengser, Soekarno sempat dinyatakan sebagai Presiden seumur hidup.

Keputusan tersebut ditetapkan melalui Ketetapan MPRS No. III/MPRS tahun 1963 tentang Pengangkatan Dr Ir Soekarno sebagai Presiden seumur hidup.

Baca juga: Mengapa Soekarno Dipilih Menjadi Presiden?

Pengusulan Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup

Ide dipilihnya Soekarno sebagai Presiden seumur hidup dicetuskan oleh para tokoh Angkatan 45, terutama AM Hanafi dan Ketua MPRS Chaerul Saleh. 

Angkatan 45 disebut juga Angkatan Kemerdekaan. 

Usul dari AM Hanafi dan Saleh kemudian dirundingkan dalam Sidang Umum ke-2 MPRS di Bandung, Jawa Barat, tahun 1963. 

AM Hanafie mengusulkan Soekarno untuk menjadi presiden seumur hidup didasari dengan kekhawatiran yang ia rasakan. 

AM Hanafie khawatir apabila PKI kembali memenangkan pemilihan umum (pemilu), bisa terjadi perang saudara hebat. 

Saat itu, hanya Soekarno yang dianggap bisa mengungguli popularitas PKI.

Supaya ide dari AM Hanafie dapat diterima secara umum, maka dicari anggota MPRS dengan latar belakang TNI, yaitu Kolonel Suhadirman. 

Kolonel Suhadirman adalah tentara antikomunis yang dipilih menjadi juru bicara dalam sidang tersebut. 

Bentuk antikomunis Suhadirman ditunjukkan dalam gerakan yang ia buat bernama Gerakan Kekaryaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com