Seteleh itu, Pati Unus disebut masyarakat dengan gelar Pangeran Sabrang Lor atau Pangeran (yang gugur) di seberang utara.
Setelah berhasil menangkis serangan Demak, Portugis memenuhi undangan dari penguasa Pajajaran yang ingin melakukan kerjasama.
Kerajaan Pajajaran memilih bersekutu dengan Portugis karena merasa terancam dengan kekuatan Islam di pesisir Pulau Jawa, yaitu Banten, Cirebon, dan Demak.
Dalam perjanjian di antara dua pihak itu, disebutkan bahwa Portugis diizinkan untuk membangun loji di Sunda Kelapa.
Kesultanan Demak menganggap kerjasama itu sebagai ancaman, dan segera melancarkan serangan di bawah pimpinan Fatahillah.
Pada 1527, pasukan gabungan Demak, Cirebon, dan Banten diberangkatkan untuk membendung pengaruh Portugis di Sunda Kelapa.
Akhirnya, pada 22 Juni 1527, Sunda Kelapa berhasil direbut oleh Fatahilllah, yang kemudian mengubah namanya menjadi Jayakarta. Peristiwa itu menandai akhir perlawanan Demak terhadap Portugis.
Referensi: