Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Legenda Dewi Sri dalam Kepercayaan Masyarakat Indonesia

Kompas.com - 31/10/2021, 13:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Salah satu cerita yang paling luas persebarannya di Indonesia adalah legenda tentang Dewi Sri.

Di berbagai wilayah Indonesia, legenda Dewi Sri selalu dikaitkan dengan mitologi tentang asal-usul padi.

Oleh karenanya, tokoh ini sering disebut sebagai Dewi Padi, meskipun di setiap daerah memiliki beragam versi cerita.

Sosok dengan banyak nama dan legenda

Di Indonesia, legenda tentang Dewi Sri muncul di masyarakat Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatera Utara, dan Ende.

Di Jawa Barat, Dewi Sri disebut sebagai Dewi Pohaci. Legenda yang berkaitan dengannya antara lain Wawacan Pohaci, Cariyos Sawargaloka, Wawacan Sanghyang Sri, Wawacan Puhaci Dandayang, Wawacan Dewi Sri, dan Wawacan Sulanjana.

Adapun di Jawa Tengah, salah satu legenda terkait Dewi Sri adalah Sri Sedana. Sedangkan di Madura, tokoh ini dikenal dengan nama Ratna Dumilah.

Di Bali, Dewi Sri disebut sebagai Sri Sadhana, Rambut Sadhana, Dewi Danu, atau Dewa Ayu Manik Galih.

Di Sumatera Utara, sosok dan mitologi Dewi Sri muncul dalam cerita Daru Dayang. Adapun di Ende, Dewi Sri disebut juga sebagai Ine Pare atau Ine Mbu dan kisahnya hadir dalam kisah Bobi dan Nombi.

Dalam kultur Jawa, khususnya dalam mitologi Hindu-Jawa, Dewi Sri dipandang sebagai tokoh yang memancarkan sumber kehidupan.

Bagi masyarakat Jawa dan Bali, tokoh ini identik dengan Dewi Bercocok Tanam atau dewi yang mengontrol bahan makanan di bumi sekaligus kematian. Itulah yang membuat Dewi Sri sering disebut sebagai Ibu Kehidupan.

Dewi Sri juga dipandang sebagai Dewi Kesuburan, yang mempunyai sifat seperti Dewi Ibu.

Baca juga: Ki Ageng Selo, Legenda Penangkap Petir

Ragam versi legenda Dewi Sri

Dalam mitologi Jawa Timur

Salah satu versi cerita menggambarkan Dewi Sri sebagai seorang putri dari Kerajaan Purwacarita, yang memiliki saudara laki-laki bernama Sadana.

Pada suatu hari, dua anak raja ini disihir oleh ibu tiri mereka. Sadana berubah menjadi seekor burung layang-layang, sementara Sri diubah menjadi ular sawah dan sering dihubungkan dengan tanaman padi.

Ada pula daerah lain yang memiliki versi berbeda, di mana Dewi Sri diceritakan sebagai istri Dewa Wisnu.

Menurut cerita ini, padi dan tanaman-tanaman lain seperti pohon aren, pohon kelapa, buah-buahan, serta ubi, berasal dari jasad Dewi Sri.

Dewi Sri meninggal karena dirongrong oleh raksasa bernama Kala Gumarang yang berwatak keras hati.

Setelah meninggal, Kala Gumarang menjelma menjadi rumput liar yang selalu mengganggu tanaman padi (jelmaan Dewi Sri).

Dalam mitologi Sunda

Dari salah satu versi cerita di Jawa Barat, sosok Dewi Sri disebut sebagai dewi kesuburan yang lahir dari kesedihan.

Dewi Sri lahir dari telur yang asalnya dari air mata Dewa Anta, dewa berwujud naga yang merasa kodratnya hina hingga menitikkan air mata.

Air mata itu yang kemudian menjadi sejumlah telur, yang salah satunya pecah dan lahir bayi perempuan yang dinamai Dewi Sri Pohaci.

Dewi Sri Pohaci dibesarkan oleh Dewi Uma, permaisuri Batara Guru, yang menguasai kemegahan langit.

Ketika dewasa, kecantikan Dewi Sri Pohaci menarik perhatian Batara Guru hingga ingin menyetubuhinya.

Pada awalnya, Dewi Sri Pohaci menolak untuk disetubuhi ayah angkatnya sendiri. Namun, karena terus-menerus dipaksa, ia mau asal diberi buah-buahan yang diidam-idamkan.

Sejak mengidamkan buah-buahan itu, Dewi Sri Pohaci tidak lagi punya selera makan hingga badannya menjadi semakin lemah.

Ketika Batara Guru tidak berhasil mendapatkan buah idaman itu, Dewi Sri Pohaci akhirnya mati.

Namun, kematiannya memberikan kehidupan dan kesuburan bagi para petani. Pasalnya, dari kepalanya tumbuh pohon kelapa, pusarnya tumbuh tanaman padi, vaginanya tumbuh pohon aren, dan dari dadanya tumbuh pohon pepaya.

Sedangkan dari rambutnya muncul rerumputan, tangannya tumbuh mangga dan dari kakinya tumbuh buah-buahan pendam seperti ubi dan ketela.

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Legenda Dewi Sri: Simbol Kesuburan, Kehidupan, sekaligus Penderitaan".

 

Referensi:

  • Nastiti, Titi Surti. (2020). Dewi Sri dalam Kepercayaan Masyarakat Indonesia. Tumotowa, 3 (1), 1-12.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Stori
Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Stori
Sejarah Penemuan Angka Romawi

Sejarah Penemuan Angka Romawi

Stori
7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

Stori
Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Stori
7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

Stori
Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Stori
Sejarah Pura Luhur Batukaru di Tabanan

Sejarah Pura Luhur Batukaru di Tabanan

Stori
Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah di Andalusia

Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah di Andalusia

Stori
Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah di Damaskus

Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah di Damaskus

Stori
Kehidupan Ekonomi Manusia pada Masa Bercocok Tanam

Kehidupan Ekonomi Manusia pada Masa Bercocok Tanam

Stori
Latar Belakang Lahirnya Sumpah Pemuda

Latar Belakang Lahirnya Sumpah Pemuda

Stori
Prasangka dalam Keberagaman

Prasangka dalam Keberagaman

Stori
Sejarah Kedatangan Jepang ke Pulau Jawa

Sejarah Kedatangan Jepang ke Pulau Jawa

Stori
Kenapa Khalifah Al-Adil I Dijuluki Pedang Iman?

Kenapa Khalifah Al-Adil I Dijuluki Pedang Iman?

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com