Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemindahan Ibu Kota Kerajaan Mataram Kuno

Kompas.com - 27/10/2021, 13:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kerajaan Mataram Kuno didirikan oleh Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya pada 732 Masehi.

Selama hampir tiga abad berdiri, kerajaan bercorak Hindu-Buddha ini diperintah oleh tiga dinasti, yakni Dinasti Sanjaya, Dinasti Syailendra, dan Dinasti Isyana.

Selain itu, ibu kota kerajaan juga mengalami beberapa kali perpindahan, dari Jawa Tengah hingga ke Jawa Timur.

Ibu kota Mataram Kuno di Jawa Tengah

Saat pertama kali didirikan, ibu kota Kerajaan Mataram Kuno terletak di Poh Pitu, di antara wilayah Jawa Tengah bagian selatan (Magelang atau Kedu) dan Yogyakarta.

Akan tetapi, di mana lokasi Poh Pitu sendiri belum dapat dipastikan hingga saat ini.

Dari Poh Pitu, pusat Kerajaan Mataram Kuno dipindahkan ke timur, mungkin di sekitar Sragen atau ke daerah Purwodadi-Grobogan oleh Rakai Panangkaran, pengganti Raja Sanjaya.

Setelah Rakai Panangkaran (760-780 M) tutup usia, Kerajaan Mataram Kuno terpecah menjadi dua.

Dinasti Sanjaya memerintah Kerajaan Mataram Kuno bercorak Hindu di Jawa Tengah bagian utara.

Sementara Dinasti Syailendra memerintah Kerajaan Mataram Kuno bercorak Buddha di Jawa Tengah bagian selatan.

Pada masa pemerintahan Rakai Pikatan (840-856 M), ibu kota kerajaan berada di Mamrati, di sekitar Poh Pitu.

Kemudian dikembalikan lagi ke Poh Pitu pada era Dyah Balitung (898-915 M) dan dipindahkan ke Bhumi Mataram (Yogyakarta) ketika di bawah kekuasaan Dyah Wawa (924 M).

Baca juga: Mpu Sindok, Raja yang Memindahkan Mataram Kuno ke Jawa Timur

Dipindahkan ke Jawa Timur

Pada 929 M, ibu kota Mataram Kuno dipindahkan oleh Mpu Sindok ke Jawa Timur.

Para ahli memiliki beberapa teori terkait latar belakang pemindahan pusat kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, seperti faktor bencana alam dan politik.

Bencana alam yang dimaksud adalah letusan Gunung Merapi, yang menghancurkan ibu kota kerajaan di Bhumi Mataram.

Menurut para pujangga, bencana tersebut dianggap sebagai pralaya atau kehancuran dunia, dan sesuai landasan kosmogonis maka haruslah dibangun kerajaan baru yang diperintah wangsa baru pula.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com