Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerakan Hidoep Baroe pada Masa Pendudukan Jepang

Kompas.com - 30/08/2021, 11:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gerakan Hidoep Baroe muncul tahun 1945, ketika Jepang mulai kewalahan di Indonesia. 

Gagasan ini muncul dalam dialog antara Saiko Shikikan (Panglima Tertinggi) dengan sejumlah anggota dewan Chuo Sangi-in pada 20 Februari 1945. 

Kala itu, Panglima Tertinggi sedang mencari cara untuk dapat memenangkan peperangan. 

Karena saat itu Indonesia sedang berusaha meraih kemerdekaan, maka Jepang berusaha untuk mewujudkan hal itu dengan mencetus Gerakan Hidoep Baroe.

Maksudnya adalah dengan memperbaiki pemerintah, baik rohani maupun jasmani. 

Baca juga: Ibnu Sutowo dan Amputasi yang Melejitkan Kariernya

Awal Mula

Berawal dari kekalahan Jepang di palagan Pasifik tahun 1944, memasuki tahun 1945,  Jepang mulai kewalahan di Indonesia. 

Oleh sebab itu, Jepang membutuhkan dukungan rakyat Indonsia untuk mempertahankan kedudukannya di Asia. 

Cara yang dilakukan untuk mendapat dukungan dari Indonesia dengan memberikan janji kemerdekaan.

Janji tersebut diberikan oleh Perdana Menteri Koiso pada September 1944, juga dengan mempropagandakan Gerakan Hidoep Baroe. 

Baca juga: Front Pembebasan Nasional Moro, Organisasi Muslim di Filipina

Arti Gerakan Hidoep Baroe

Gagasan Gerakan Hidoep Baroe ini muncul dalam dialog antara Saiko Shikikan (Panglima Tertinggi) dengan sejumlah anggota dewan Chuo Sangi-In pada 20 Februari 1945. 

Saat itu, Panglima Tertinggi mempertanyakan bagaimana cara agar memenangkan peperangan. 

Para anggota dewan menjawab dengan mewujudkan penghidupan baru bagi masyarakat Indonesia, yaitu kemerdekaan. 

Menurut para anggota dewan, kemerdekaan berarti bebas luar dan dalam. 

Kebebasan luar berarti merdeka dari Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda, sedangkan kebebasan dalam berarti merdeka dari Jepang. 

Maksud dari penghidupan baru sendiri adalah memperbaiki pemerintah, baik secara rohani maupun jasmani. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com