KOMPAS.com - Pada akhir abad ke-19, kedaulatan politik Kerajaan Mataram yang terletak di Pulau Lombok, berakhir.
Kedaulatan itu runtuh akibat campur tangan Belanda dalam Perang Lombok yang berlangsung antara 1891-1894.
Perang ini berawal dari sebuah pemberontakan masyarakat Sasak dari Desa Praya terhadap Kerajaan Mataram.
Masyarakat Sasak nekat memberontak karena ketidakpuasan mereka terhadap pola kebijakan politik yang diterapkan oleh raja mataram, Anak Agung Made Karangasem.
Namun karena terdesak, orang-orang Sasak meminta bantuan kepada Belanda, yang pada akhirnya justru menjadikan Bali dan Lombok terkolonialisasi secara penuh.
Desa Praya secara geografis terletak paling dekat dengan wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram di Lombok Barat, yang dikuasai oleh Dinasti Karangasem dari Bali.
Dulunya, masyarakat Sasak di Desa Praya membantu Dinasti Karangasem untuk menguasai Pulau Lombok. Atas jasanya itu, masyarakatnya dibebaskan dari upeti.
Akan tetapi, mereka harus ikut perang apabila diminta oleh kerajaan. Pada masa Ratu Agung Gede Ngurah Karangasem, kebijakan bebas upeti itu berubah.
Selain itu, Ratu Agung Gede Ngurah Karangasem juga mengangkat putranya, Anak Agung Made Karangasem, yang lahir dari seorang selir, sebagai pendampingnya.
Pada 22 Juni 1891, Kerajaan Mataram mengeluarkan perintah bagi Desa Praya untuk berperang membantu Kerajaan Karangasem sekaligus menyediakan kebutuhan pangan para prajurit.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.