Akibatnya, rencana pemberontakan ke tangsi militer Belanda dipindahtugaskan kepada Komando Mambi Runtukahu, pemimpin anggota KNIL dari orang Minahasa.
Bersama dengan rakyat Manado lainnya, mereka berhasil membebaskan C Taulu dan Wuisan serta beberapa pemimpin lain yang tengah ditawan.
Usai semua bebas, pertempuran kembali berlanjut. Manado sempat unggul, di mana berhasil merobek bendera yang awalnya berwarna merah, putih, biru (Belanda), menjadi merah-putih.
Mereka kemudian segera mengibarkan bendera Indonesia di atas gedung markas Belanda.
Sayangnya, kemenangan ini hanya berlaku sementara.
Pada Maret 1946, kapal perang Belanda Piet Hein tiba di Manado dengan membawa pasukan sekitar satu batalyon.
Kemudian, 11 Maret, para pimpinan gerakan merah putih diundang ke kapal tersebut.
Mereka diajak untuk berunding bersama. Namun, ternyata undangan tersebut adalah sebuah strategi untuk menangkap para pimpinan gerakan merah putih.
Pada akhirnya, Belanda kembali berhasil menguasai Sulawesi Utara.
Baca juga: Marco Kartodikromo: Peran dan Kiprahnya
Setelah tidak lagi terjun dalam pertempuran, Wuisan menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara.
Wuisan meninggal dunia dengan menyandang jabatan tersebut pada 25 Februari 1980.
Jenazahnya kemudian dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kairagi.
Referensi: