Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Sampit: Latar Belakang, Konflik, dan Penyelesaian

Kompas.com - 30/07/2021, 09:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Konflik Sampit adalah kerusuhan antaretnis yang terjadi di Sampit pada awal Februari 2001. 

Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah yang kemudian meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. 

Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dan warga migran Madura. 

Kala itu, para transmigran asal Madura telah membentuk 21 persen populasi Kalimantan Tengah. 

Akibatnya, Kalimantan Tengah merasa tidak puas karena terus merasa disaingi oleh Madura. 

Karena adanya permasalahan ekonomi ini, terjadi kerusuhan antara orang Madura dengan suku Dayak. 

Penyerangan ini lantas membuat 1.335 orang Madura harus mengungsi.

Baca juga: Konflik Libya: Runtuhnya Rezim Muammar Khadafi

Latar Belakang

Konflik Sampit yang terjadi tahun 2001 bukanlah sebuah insiden pertama yang terjadi antara suku Dayak dan Madura. 

Sebelumnya sudah terjadi perselisihan antara keduanya. 

Penduduk Madura pertama kali tiba di Kalimantan Tengah tahun 1930 di bawah program transmigrasi yang dicanangkan pemerintah kolonial Belanda. 

Hingga tahun 2000, transmigran asal Madura telah membentuk 21 persen populasi Kalimantan Tengah. 

Suku Dayak mulai merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari Madura.

Hukum baru juga telah memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi tersebut, seperti perkayuan, penambangan, dan perkebunan.

Hal tersebut menimbulkan permasalahan ekonomi yang kemudian menjalar menjadi kerusuhan antarkeduanya. 

Insiden kerusuhan terjadi tahun 2001. 

Kericuhan bermula saat terjadi serangan pembakaran sebuah rumah Dayak.

Menurut rumor warga Madura lah yang menjadi pelaku pembakaran rumah Dayak tersebut. 

Sesaat kemudian, warga Dayak pun mulai membalas dengan membakar rumah-rumah orang Madura. 

Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh suku Dayak dilakukan guna mempertahankan diri setelah beberapa warga Dayak diserang.

Disebutkan juga bahwa seorang warga Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok warga Madura setelah sengketa judi di Desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000.

Baca juga: Konflik Pattani di Thailand

Konflik

Situasi kericuhan antara suku Dayak dengan Madura diperparah dengan kebiasaan dan nilai-nilai berbeda yang dimiliki keduanya.

Seperti adat orang Madura yang membawa parang atau celurit ke mana pun, membuat orang Dayak berpikiran bahwa tamunya ini siap untuk berkelahi. 

Konflik Sampit sendiri diawali dengan perselisihan antara dua etnis ini sejak akhir 2000. 

Pertengahan Desember 2000, bentrokan antara etnis Dayak dan Madura terjadi di Desa Kereng Pangi, membuat hubungan keduanya menjadi bersitegang. 

Ketegangan semakin memuncak setelah terjadi perkelahian di sebuah tempat hiburan di desa pertambangan emas Ampalit. 

Seorang etnis Dayak bernama Sandong, tewas akibat luka bacok yang ia dapat. 

Kejadian ini kemudian membuat keluarga dan tetangga Sandong merasa sangat marah. 

Dampak

Dua hari setelah peristiwa tersebut, 300 warga Dayak mendatangi lokasi tewasnya Sandong untuk mencari sang pelaku. 

Tak berhasil menemukan pelakunya, kelompok warga Dayak melampiaskan kemarahannya dengan merusak sembilan rumah, dua mobil, lima motor, dan dua tempat karaoke, milik warga Madura.

Penyerangan ini lantas membuat 1.335 orang Madura mengungsi. 

Baca juga: Sejarah Konflik di Kamboja (1955-1979)

Penyelesaian

Pada 18 Februari 2001 suku Dayak berhasil menguasai Sampit. 

Polisi menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu dalang di balik serangan ini. 

Orang yang ditahan tersebut diduga membayar enam orang untuk memprovokasi kerusuhan di Sampit. 

Kemudian, ribuan warga Dayak mengepung kantor polisi di Palangkaraya sembari meminta pembebasan para tahanan. 

Permintaan mereka dikabulkan oleh polisi pada 28 Februari 2001, militer berhasil membubarkan massa Dayak dari jalanan. 

Dari Konflik Sampit ini sedikitnya 100 warga Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.

Konflik Sampit sendiri mulai mereda setelah pemerintah meningkatkan keamanan, mengevakuasi warga, dan menangkap provokator. 

Untuk memperingati akhir konflik ini, dibuatlah perjanjian damai antara suku Dayak dan Madura. 

Guna memperingati perjanjian damai tersebut, maka dibentuk sebuah tugu perdamaian di Sampit. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com