KOMPAS.com - Libya merupakan sebuah negara bekas wilayah kekuasaan Turki Utsmani yang terletak di Afrika Utara. Libya mulai menjadi negara merdeka pada Desember 1951.
Pada awal tahun 2011, muncul gerakan demokratisasi di Libya yang dipengaruhi oleh fenomena Arab Spring.
Gerakan demokratisasi ini menyebabkan konflik yang berujung pada perang saudara antara pasukan pemerintah Libya di bawah pimpinan Muammar Khadafi dengan golongan pergerakan National Transitional Council (Dewan Transisi Nasional).
Dalam buku Revolusi Timur Tengah: Kejatuhan Para Penguasa Otoriter di Negara-Negara Timur Tengah (2011) karya Apriadi Tamburaka, konflik yang terjadi di Libya berhubungan erat dengan corak pemerintahan otoriter presiden Muammar Khadafi yang memimpin selama 34 tahun.
Baca juga: Sejarah Krisis di Mesir (2011)
Beberapa faktor yang menjadi latar belakang konflik Libya pada 2011, yaitu:
Dalam jurnal Agama dan Demokrasi: Munculnya Kekuatan Politik Islam di Tunisia, Mesir dan Libya (2014) karya Muhammad Fakhry Ghafur, konflik di Libya berakar dari gerakan perlawanan yang terpusat di Benghazi.
Gerakan perlawanan tersebut memunculkan aksi demonstrasi di sejumlah kota-kota besar Libya untuk meruntuhkan kekuasaan rezim Khadafi.
Pemerintah Khadafi menanggapi demonstrasi tersebut dengan tindakan represif. Khadafi memerintahkan kekuatan militer Libya untuk meredam demonstrasi dengan penggunaan senjata api yang memakan korban.
Baca juga: Revolusi Melati dan Krisis Tunisia (2010)
Tindakan represif pemerintah Khadafi membuat gerakan perlawanan semakin anarkis. Di bawah pimpinan Mustafa Abdul Jalel, NTC melakukan pemberontakan bersenjata terhadap rezim Khadafi pada akhir Februari 2011.
Pada perkembangannya, perang saudara di Libya dicampuri oleh negara-negara barat yang tergabung dalam NATO. Amerika Serikat, Perancis, dan Inggris sebagai pembesar NATO mendesak Dewan Keamanan PBB untuk melakukan intervensi terhadap perang saudara Libya.
Pada 19 Maret 2011, pasukan NTC dan NATO melakukan penyerangan terhadap pusat-pusat kekuatan Khadafi di Tripoli. Serangan tersebut memaksa Khadafi dan pasukannya keluar dari Tripoli menuju Sirte.
Pada 20 Oktober 2011, pasukan NTC yang didukung NATO berhasil malumpuhkan pasukan Khadafi di Sirte. Dalam penyerangan tersebut, Khadafi tewas dengan luka tembak di kepala.
Baca juga: Konflik Pattani di Thailand
Keberhasilan penggulingan rezim Khadafi tidak dibarengi dengan munculnya kesejahteraan masyarakat Libya, namun malah menghasilkan konflik baru yang semakin rumit. Berikut dampak konflik Libya: