Padahal, Dinasti Qing tengah berupaya untuk mengatasi krisis kecanduan di negerinya.
Dalam pertempuran tersebut, China kalah melawan Inggris hingga menimbulkan kekecewaan di kalangan orang-orang Han terhadap bangsa Manchu.
Terlebih lagi, di antara banyak konsesi selama negosiasi kedua belah pihak, China terpaksa menyerahkan Hong Kong kepada Inggris dan membuka pelabuhan-pelabuhannya untuk bangsa Barat.
2. Pemberontakan Taiping
Ancaman politik dan militer internal menciptakan ketidakstabilan lebih lanjut untuk Dinasti Qing.
Yang paling mematikan adalah Pemberontakan Taiping, yang berlangsung dari 1850 hingga 1864.
Akibat dari konflik ini adalah Kota Nanjing diduduki oleh pemberontak selama satu dekade dan 20 juta orang China diperkirakan tewas.
Baca juga: Kekaisaran Rusia: Sejarah, Sistem Pemerintahan, dan Keruntuhan
3. Kudeta Ibu Suri Cixi
Pengaruh Ibu Suri Cixi (janda Kaisar Xianfeng) mempercepat berakhirnya Kekaisaran China.
Ibu Suri Cixi dianggap sebagai kekuatan nyata di balik takhta selama menjadi wali untuk putranya dan keponakannya.
Pada 1898, Kaisar Guangxu mencoba mengambil peran pembaharu dalam upaya memodernisasi China, tetapi upayanya dijegal oleh Cixi.
Bahkan Ibu Suri Cixi juga memimpin kudeta yang mengakibatkan mundurnya Kaisar Guangxu dari kursi kekuasaan.
Lebih lanjut lagi, Ibu Suri Cixi juga mendukung Pemberontakan Boxer yang meletus pada 1901.
Pada akhirnya, pasukan Barat berhasil mengalahkan tentara kekaisaran dan Boxers.
Anggota pemerintah yang telah mendukung Boxers pun dieksekusi dan kekuasaan pemerintahan Qing menjadi lemah.