KOMPAS.com - Pengaruh Islam di tanah Jawa datang secara bertahap dalam kurun waktu beberapa abad.
Islam diperkirakan masuk dan berkembang dari wilayah Jawa Timur kemudian ke Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Hal ini didukung oleh catatan Tome Pires, yang menyatakan bahwa Jawa Barat dan Sunda belum memeluk Islam ketika Jawa Tengah dan Jawa Timur telah didominasi oleh masyarakat muslim.
Penyebaran agama Islam di Jawa Barat mulai mengalami perkembangan pesat ketika proses islamisasi dilakukan oleh Sunan Gunung Jati.
Pada periode sebelum Islam, mayoritas masyarakat di Jawa Barat beragama Hindu di bawah Kerajaan Pajajaran.
Kabarnya, penganut Islam pertama yang pernah datang dan tinggal di Jawa Barat adalah Haji Purwo, yaitu pada 1337 Masehi.
Namun, setelah gagal membujuk penguasa Galuh untuk masuk Islam, Haji Purwo memilih untuk pergi ke Cirebon.
Sementara dalam Carita Purwaka Caruban Nagari, disebutkan bahwa tatar Sunda pernah didatangi guru agama Islam dari Campa bernama Syekh Quro pada awal abad ke-15.
Dalam perkembangan selanjutnya, rombongan Syekh Datuk Kahfi yang berasal dari Arab datang ke Cirebon dan mendirikan pondok di Bukit Amparan Jati.
Syekh Datuk Kahfi inilah yang akhirnya menjadi guru agama Islam Raden Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana, putra Prabu Siliwangi dari Pajajaran.
Pangeran Cakrabuana yang tidak mendapatkan haknya sebagai pewaris Kerajaan Pajajaran karena memeluk Islam kemudian mendirikan Kesultanan Cirebon pada abad ke-15.
Sepulang ibadah haji, Pangeran Cakrabuana dikenal sebagai Haji Abdullah Iman yang aktif menyebarkan agama Islam kepada penduduk Cirebon.
Baca juga: Kerajaan Cirebon: Letak, Pendiri, Masa Kejayaan, dan Peninggalan
Penyebaran agama Islam di Jawa Barat juga tidak luput dari peran Wali Sanga, khususnya Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.
Sunan Gunung Jati adalah keponakan dari Pangeran Cakrabuana yang diberi takhta atas Kesultanan Cirebon.
Selama memerintah, Sunan Gunung Jati membangun sarana ibadah dan transportasi sebagai penunjang langkahnya dalam menyebarkan Islam.