Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Poso: Latar Belakang, Kronologi, dan Penyelesaian

Kompas.com - 30/07/2021, 10:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Konflik Poso adalah sebutan untuk serangkaian kerusuhan yang terjadi di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

Konflik ini terjadi sejak 25 Desember 1998 hingga 20 Desember 2001. 

Peristiwa Konflik Poso dimulai dari sebuah bentrokan kecil antarkelompok pemuda sebelum akhirnya menjalar menjadi kerusuhan bernuansa agama.

Dari peristiwa ini, dirinci bahwa terdapat 577 korban tewas, 384 terluka, 7.932 rumah hancur, dan 510 fasilitas umum terbakar.

Kerusuhan ini kemudian berakhir pada 20 Desember 2001 dengan ditandangani Deklarasi Malino antara kedua belah pihak. 

Baca juga: Upaya Penyelesaian Konflik Kamboja 1979-1980

Latar Belakang

Kabupaten Poso adalah salah satu dari delapan kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah.

Kabuten Poso ini memiliki penduduk mayoritas Muslim di desa-desa, sedangkan mayoritas Protestan di dataran tinggi. 

Selain penduduk asli Muslim, terdapat juga pendatang orang Bugis dari Sulawesi Selatan dan Gorontalo bagian utara.

Kabupaten Poso ini juga menjadi fokus program transmigrasi pemerintah. 

Tujuan program transmigrasi ini adalah untuk membawa warga dari daerah padat penduduk mayoritas Muslim, seperti Jawa dan Lombok, serta pulau Bali yang dominan Hindu. 

Daerah padat penduduk ini akan dibawa ke daerah yang jarang penduduknya. 

Dari keadaan tersebut, akhir tahun 1990-an, penduduk di Kabupaten Poso mayoritas Muslim dengan persentase di atas 60 persen.

Para pendatang ini kemudian membuat adanya persaingan ekonomi antara penduduk asli Poso yang mayoritas Kristen dengan para pendatang Bugis yang memeluk Islam. 

Baca juga: Bentuk-Bentuk Konflik

Kronologi

Kerusuhan Poso ini bisa dibagi menjadi tiga periode, sebagai berikut:

  • Desember 1998 

Pada malam natal, 24 Desember 1998, yang kebetulan bertepatan dengan Ramadan, seorang pemuda asal kelurahan mayoritas Protestan di Lambogia bernama Roy Runtu Bisalemba menikam Ahmad Ridwan, seorang Muslim. 

Informasi yang tersebar di pihak Kristen menyebutkan bahwa Ridwan melarikan diri ke masjid setelah ditikam. 

Sedangkan versi Muslim menggambarkan bahwa kejadian ini merupakan sebuah serangan terhadap pemuda Muslim yang tertidur di halaman masjid. 

Para tokoh pemuka agama kedua belah pihak kemudian bertemu. Keduanya sepakat bahwa sumber masalahnya terdapat pada minuman keras. 

Akibatnya, Polres Poso pun mulai menyita ribuan minuman keras yang kemudian dihancurkan. 

Suatu ketika, terdapat satu toko yang dijagai oleh para pemuda Kristen. Mereka pun bertemu dengan pemuda Muslim yang berniat menyegel toko tersebut. 

Pertemuan ini pun berakhir dengan bentrokan di antara keduanya. 

Selanjutnya pada 27 Desember 1998, sekelompok orang Kristen besenjara yang menaiki truk dari Tentena tiba, dipimpin oleh Herman Parimo, anggota DPRD Poso. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com