Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Revolusi China 1911

Kompas.com - 15/07/2021, 08:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Secara garis besar, peristiwa revolusi di China berlangsung dalam dua fase.

Fase pertama disebut Revolusi China (1911) atau Revolusi Xinhai, dan fase kedua dikenal sebagai Revolusi Komunis China (1946-1949).

Penyebab utama pecahnya Revolusi China adalah kekecewaan terhadap pemerintahan Dinasti Qing yang berujung pada penderitaan rakyat.

Tokoh yang berperan penting dalam Revolusi China adalah Sun Yat Sen, yang memotori revolusi pada 1911.

Pada awal 1912, Dinasti Qing akhirnya runtuh dan Sun Yat Sen terpilih menjadi presiden sementara Republik China.

Peristiwa ini tidak hanya membawa dampak bagi China sendiri, tetapi bagi beberapa negara lain, termasuk Indonesia.

Berikut ini adalah beberapa dampak atau pengaruh Revolusi China.

Baca juga: I-Tsing, Biksu China yang Memperdalam Agama Buddha di Sriwijaya

Runtuhnya dinasti terakhir kekaisaran China

Revolusi China berhasil meruntuhkan kekuasaan Dinasti Qing atau Dinasti Manchu yang berkuasa sejak abad ke-17.

Tidak hanya itu, dalam sejarahnya, China selalu menerapkan sistem monarki, di mana dinasti lama akan digantikan oleh dinasti baru.

Namun, Revolusi China secara resmi menghentikan sistem monarki dan tradisi feodalisme yang telah berlangsung selama berabad-abad dan dimulainya era republik.

Berdirinya Republik China

Runtuhnya Dinasti Qing disusul dengan berdirinya Republik China pada 1 Januari 1912.

Sun Yat Sen kemudian dipilih oleh majelis Nanjing sebagai presiden sementara Republik China.

Setelah dilantik, Sun Yat Sen berjanji akan menerapkan pemikirannya yang dikenal dengan sebutan Tiga Prinsip Rakyat (nasionalisme, demokrasi, kesejahteraan rakyat) untuk membangun China.

Akan tetapi, untuk menghindari perang saudara antara utara dan selatan, Sun Yat Sen mengundurkan diri dan menyerahkan jabatannya kepada Yuan Shikai, mantan menteri pada masa kekaisaran.

Pada 1916, Sun Yat Sen memilih melakukan perlawanan terhadap Yuan yang terindikasi ingin mengembalikan China ke sistem monarki.

Setelah Yuan, Sun Yat Sen kembali menduduki jabatan sebagai presiden.

Baca juga: Revolusi Oktober: Latar Belakang, Kronologi, dan Dampak

Meletusnya Perang Saudara China

Setelah Revolusi China, ideologi radikal Barat seperti Marxisme mendapatkan perhatian dari kalangan intelektual China.

Hal inilah yang mendorong tumbuhnya paham komunis dan lahirnya Partai Komunis di China.

Penerus Sun Yat Sen (golongan nasionalis), yang khawatir pemerintahan akan dikendalikan oleh golongan komunis, memutuskan untuk menyerang.

Perbedaan ideologi ini akhirnya mengarah pada Perang Saudara China antara kubu nasionalis dan komunis.

Dampak Revolusi China bagi Indonesia

Revolusi China mampu memantik kesadaran dari bangsa-bangsa di berbagai dunia untuk turut mengadakan perubahan, termasuk Indonesia.

Pengaruh Revolusi China pada bangsa Indonesia terlihat dalam upayanya menghadapi pejajahan kolonial Belanda.

Di China, revolusi diawali dengan gerakan nasionalisme melalui pemberontakan Taiping yang disusul dengan Pemberontakan Boxer.

Gerakan tersebut menginspirasi bangsa Indonesia untuk melakukan perlawanan dan revolusi kemerdekaan dengan munculnya gerakan kebangkinan nasional yang diawali dengan berdirinya Budi Utomo.

 

Referensi:

  • L. Santoso A.Z. (2017). Para Penggerak Revolusi. Yogyakarta: Laksana
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com