Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Slamet Riyadi: Peran, Perjuangan, dan Akhir Hidup

Kompas.com - 08/07/2021, 07:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Perjuangan

Setelah Jepang menyerah, Belanda berusaha untuk kembali menjajah Indonesia.Karena tidak ingin hal itu terjadi, rakyat Indonesia melakukan perlawanan.

Riyadi mulai melakukan kampanye gerilya melawan Belanda. Ia bertanggung jawab atas Resimen 26 di Surakarta.

Selama Agresi Militer Belanda I, Riyadi memimpin pasukan Indonesia di beberapa daerah di Jawa Tengah, termasuk Ambarawa dan Semarang.

Bulan September 1948, Riyadi mendapat promosi dan diberi tanggung jawab atas empat batalion tentara dan satu batalion tentara pelajar.

Dua bulan setelahnya, Belanda melancarkan serangan kedua. Kali ini mereka menargetkan Kota Yogyakarta, yang saat itu menjadi ibu kota. 

Riyadi menerapkan kebijakan "berpencar dan menaklukkan" dalam melawan Belanda. Dalam kurun waktu empat hari, Riyadi berhasil menghalau tentara Belanda. Pasukan Slamet Riyadi menewaskan tujuh orang dan menawan tiga orang Belanda.

Setelah gencatan senjata, kota Solo pun diserahkan oleh Belanda ke Republik Indonesia. 

Pada 10 Juli 1950, Slamet Riyadi ditugaskan untuk menumpas pemberontakan Kapten Abdul Aziz di Makassar dan Republik Maluku Selatan yang dipelopori Dr. Soumokil.

Tanggal 4 November 1950, saat sedang berusaha menumpas pemberontakan RMS di Gerbang Benteng Victoria, Ambon, pasukan Slamet Riyadi bertemu segerombolan pasukan yang bersembunyi di benteng tersebut dengan mengibarkan bendera merah putih.

Melihat bendera tersebut, Riyadi memerintahkan pasukannya untuk menghentikan penyerangan karena ia yakin bahwa mereka adalah Tentara Siliwangi.

Namun dugaan Riyadi salah. Ternyata mereka adalah segerombolan pemberontakan RMS. 

Baca juga: Adnan Kapau Gani: Masa Muda, Peran, dan Kiprahnya

Akhir Hidup

Saat Slamet Riyadi keluar dari panser (kendaraan perang), ia langsung dihujani tembakan oleh para pasukan RMS.

Slamet Riyadi pun wafat pada 4 November 1950, setelah perutnya tertembak di depan Gerbang Benteng Victoria di Kota Ambon.

Setelah tertembak, Riyadi segera dibawa ke rumah sakit. 

Namun, di atas kapal di perairan Tulehu, Maluku Tengah, Riyadi menghembuskan napas terakhirnya. Jasad Slamet Riyadi dimakamkan di Tulehu atas permintaan masyarakat setempat.

Untuk menghargai jasa perjuangannya, dibangunlah Monumen Slamet Riyadi di Surakarta, kota kelahirannya.

Monumen Slamet Riyadi diresmikan pada 12 November 2007 oleh Kasad Jenderal TNI Joko Santoso.

Kemudian tanggal 9 November 2007, ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia dan dianugerahi Bintang Maha Putra Adi Pradana. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com