Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Andi Abdullah Bau Massepe: Masa Muda, Perjuangan, dan Akhir Hidup

Kompas.com - 01/07/2021, 14:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Andi Abdullah Bau Massepe adalah seorang pejuang heroik yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan. 

Ia pernah menjadi anggota Organisasi Politik Sumber Daya Rakyat (Sudara). 

Pada September 1945, Massepe dan rekan-rekannya turut terlibat dalam menghadapi Indonesia Merdeka di Pare-Pare.

Dalam menghadapi situasi tersebut, Massepe bersama teman-temannya mengubah Organisasi Sudara menjadi Badan Penunjang Republik Indonesia (BPRI).

Baca juga: Adam Malik: Kehidupan, Karier, dan Kontroversi CIA

Masa Muda

Andi Abdullah Bau Massepe lahir di Massepe, Sulawesi Selatan, 1918.

Ia adalah putra dari Andi Mappanyukki, pahlawan nasional asal Sulawesi Selatan, dan ibunya Besse Arung Bulo. 

Massepe merupakan pewaris tahta dari dua kerajaan besar di Sulawesi Selatan, yaitu Kerajaan Bone dan Gowa. 

Selain itu, ia juga mewarisi lima kerajaan di sebelah barat Danau Sidenreng, yaitu Suppa, Allita, Sidenreng Rappang, dan Sawito.

Massepe mengawali pendidikan formalnya di Sekolah Rakyat selama satu tahun, pada 1924. 

Lalu, ia melanjutkan sekolahnya di Hollands Inslander School atau HIS. Ia lulus pada 1932. 

Baca juga: Radin Inten II: Masa Muda, Perjuangan, dan Akhir Hidup

Perjuangan

Andi Abdullah Bau Massepe memimpin perjuangan dalam bidang politik dan militer dengan cara memelihara keamanan, mengumpulkan senjata, membeli dan merampas senjata dari Jepang.

Massepe juga menyusun strategi serta melakukan sabotase dan mengumpulkan pemuda untuk memutuskan jalan yang biasa dilewati oleh Belanda. 

Serangan dimulai pada Januari 1946. 

Rencana serangan yang akan dilayangkan oleh Andi Abdullah Bau Massepe adalah sebagai berikut:

  1. Menyerang pos NICA pada 3 Februari 1946, tetapi gagal.
  2. Pasukan Massepe bertemu dengan pasukan Belanda di Garessi Suppa. Akibatnya, pasukan Belanda berhasil dipukul mundur.
  3. Menghadang Belanda dan terjadi pertempuran di La Majakka, pihak Belanda mengalami kerugian besar.
  4. Pertempuran La Sekko yang menjadi pertempuran terhebat, karena pasukan Belanda melakukan penyerangan kepada penduduk Bau Massepe di Berpuru.
  5. Mencapai keberhasilan dalam pertempuran Teppoe Kanango, karena dapat memukul mundur pasukan Belanda dan merebut beberapa senjata.

Telah melakukan beberapa penyerangan dan perlawanan, Massepe akhirnya tertangkap pada 17 Oktober 1946. 

Ia dibawa ke Makassar dan ditahan selama 160 hari. 

Baca juga: Achmad Soebardjo: Masa Muda, Peran, dan Perjuangan

Akhir Hidup

Setelah 160 hari mendekam di penjara, Massepe wafat karena ditembak oleh pasukan Westerling, pada 2 Februari 1947. 

Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kota Pare-Pare. 

Untuk menghargai jasa-jasanya, Massepe dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyon pada 9 November 2005. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com