Fleming mengusulkan pembagian global menjadi 24 zona waktu, dengan setiap zona terpisah sejauh 15 derajat bujur.
Menurutnya, hal tersebut merupakan solusi yang efektif untuk mengatasi kompleksitas dan ketidakjelasan dalam penentuan waktu secara internasional.
Menanggapi usulan Fleming, perusahaan kereta api Amerika Serikat, yaitu Railway Clearing House, mulai menerapkan zona waktu standar tersebut pada 18 November 1883.
Keputusan ini memudahkan koordinasi dan jadwal perjalanan di lintas negara bagian agar kereta api tetap beroperasi sesuai jadwal.
Apa saja usulan dari Railway Clearing House?
Railway Clearing House mengusulkan penerapan Greenwich Mean Time (GMT), yang terletak di London, Inggris, secara luas di semua stasiun kereta api.
Pada 1848, mayoritas sistem kereta api mengadopsi GMT sebagai standar waktu.
Inisiatif ini kemudian diikuti oleh Selandia Baru pada 1868, yang mengimplementasikan zona waktu standar dengan perbedaan waktu sekitar 11 jam dan 30 menit sebelum GMT.
Tidak ingin ketinggalan, Amerika Serikat juga turut serta dalam upaya standarisasi waktu global.
Pada 1883, mereka memperkenalkan lima zona waktu di seluruh negara sebagai tindak lanjut terhadap implementasi Greenwich Mean Time untuk menunjukkan keterlibatan aktif dalam mengadopsi dan menyesuaikan sistem waktu yang terkoordinasi secara global.
Selanjutnya, pada 13 Oktober 1884, para ahli geografi dan astronomi menetapkan Royal Observatory di Greenwich sebagai Prime Meridian (Garis Bujur Utama) yang menjadi standar waktu dunia.
Penerapan GMT (Greenwich Mean Time) didasarkan pada pergerakan matahari saat melintasi garis meridian nol derajat di Royal Observatory di Greenwich.
Setelah keputusan ini diambil, banyak negara di seluruh dunia mengadopsi standarisasi waktu yang merujuk pada GMT.
Konferensi Meridian Perdana Internasional
Konferensi Meridian Perdana Internasional tahun 1884 di Washington DC mencapai titik puncak dalam proses standarisasi waktu global.
Konferensi Meridian Perdana Internasional adalah pertemuan internasional yang bersejarah yang bertujuan untuk menetapkan standar waktu dan meridian utama untuk penggunaan global.
Pada konferensi ini, para perwakilan dari berbagai negara sepakat untuk mengadopsi Greenwich Mean Time (GMT) sebagai meridian utama atau garis bujur nol derajat, yang menjadi dasar bagi sistem zona waktu yang kita kenal sekarang.
Dalam konferensi ini, diputuskan bahwa garis bujur nol di Royal Observatory di Greenwich, Inggris, dipilih sebagai patokan untuk mengukur waktu di seluruh dunia.
Keputusan ini diambil pada 13 Oktober 1884 untuk membantu menyederhanakan koordinasi waktu internasional dan memfasilitasi perkembangan sistem zona waktu yang telah diusulkan sebelumnya oleh ilmuwan Kanada, Sir Sandford Fleming.
Konferensi ini juga menetapkan bahwa satu hari terdiri dari 24 jam dan menguraikan sistem 24 zona waktu, masing-masing berjarak 15 derajat bujur.
Selain itu, keputusan Konferensi Meridian Perdana juga membantu dalam standarisasi penggunaan waktu di seluruh dunia untuk memudahkan aktivitas internasional seperti perjalanan, transportasi, dan komunikasi.
Hal tersebut membuat banyak negara akhirnya memutuskan untuk menggunakan pembagian zona waktu.
Sebagai contoh, China memutuskan untuk mengoperasikan satu zona waktu sebagai langkah untuk meningkatkan efisiensi, meskipun wilayah itu seharusnya mencakup lima zona waktu,
Sementara itu, Australia memperkenalkan tiga zona waktu, dengan zona waktu pusatnya setengah jam lebih cepat dari zona waktu yang ditetapkan untuk menunjukkan fleksibilitas dalam implementasi standar waktu global.
Indonesia yang terkesan oleh sistem ini pun memutuskan untuk mengadopsi tiga zona waktu, yaitu Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITA), dan Waktu Indonesia Timur (WIT).
Pendekatan serupa juga terlihat pada beberapa negara di Timur Tengah dan Asia Selatan yang menerapkan zona waktu setengah jam guna mengakomodasi kebutuhan khusus dan kondisi geografis mereka.
Di Amerika Serikat, Kongres memiliki peran penting dalam menetapkan aturan untuk zona waktu.
Meskipun mereka berusaha untuk tidak mengganggu daerah yang banyak dihuni, terkadang garis zona waktu harus dipindahkan untuk mengatasi masalah rumit.
Salah satu masalah rumit itu adalah perubahan drastis dalam jam kerja dan waktu matahari terbit yang dapat mempengaruhi pola hidup dan produktivitas masyarakat.
Sekarang, Amerika Serikat menggunakan 9 zona waktu yang mencakup Timur, Tengah, Gunung, Pasifik, Alaska, Hawaii-Aleutian, Samoa, Pulau Wake, dan Guam.
Langkah ini menunjukkan tekad Amerika Serikat untuk menjaga waktu tetap teratur di seluruh negara.
Meski begitu, mereka juga memperhatikan perlunya menyesuaikan sistem waktu dengan kebutuhan setiap daerah yang berbeda-beda.
Dengan kata lain, Amerika Serikat berusaha menciptakan keseimbangan antara aturan umum di seluruh negeri dan keperluan khusus di berbagai wilayah.
Zona waktu di wilayah kutub
Zona waktu tidak hanya relevan di daratan, tetapi juga di wilayah kutub, seperti Kutub Utara dan Kutub Selatan.
Garis bujur di kutub sangat sempit, yang berarti bahwa jika mencoba membuat zona waktu di sana, zona tersebut akan menjadi sangat tipis dan sulit dikelola.
Oleh karena itu, para ilmuwan yang bekerja di wilayah kutub, baik di Kutub Utara maupun Kutub Selatan, telah mengadopsi Coordinated Universal Time (UTC) sebagai patokan waktu utama mereka.
UTC adalah standar waktu global yang merujuk pada waktu atomik internasional dan tidak terpengaruh oleh zona waktu geografis.
Pilihan untuk menggunakan UTC di wilayah kutub mempermudah koordinasi waktu, mengingat garis bujur yang sangat sempit di sana membuat pembagian zona waktu menjadi tidak praktis.
Dengan demikian, penggunaan UTC di wilayah kutub dianggap sebagai pendekatan yang lebih baik dan efisien dalam mengatur waktu untuk keperluan ilmiah dan logistik.
Alternatifnya, jika tidak mengadopsi sistem UTC, Antartika, akan terpaksa dibagi menjadi 24 zona waktu yang sangat tipis.
Hal ini akan menciptakan kompleksitas dan kesulitan dalam manajemen waktu di wilayah yang seharusnya dihindari.
Oleh karena itu, penerapan UTC di kutub memberikan solusi lebih praktis dan efisien dalam melibatkan berbagai kegiatan di lingkungan yang penuh tantangan ini.
Referensi:
https://www.kompas.com/stori/read/2023/11/15/080000779/sejarah-pembagian-zona-waktu-di-seluruh-dunia