Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penyebab dan Dampak Berakhirnya Era Restorasi Meiji

Pada awal abad ke-19, Jepang mendapati negaranya tertinggal dalam teknologi, militer, dan ekonomi dibandingkan dengan negara-negara Barat yang semakin kuat.

Hal ini memicu kekhawatiran akan invasi asing dan kebutuhan untuk modernisasi cepat.

Pada 1868, Kaisar Meiji naik tahta, menandai awal transformasi radikal.

Berikut adalah faktor penyebab dan dampak berakhirnya Restorasi Meiji: 

Pencapaian tujuan awal

Salah satu faktor sentral penyebab berakhirnya Era Restorasi Meiji adalah tercapainya tujuan-tujuan awal yang telah ditetapkan pada permulaannya.

Era ini dimulai sebagai respons atas ancaman imperialisme Barat dan bertujuan mengarahkan Jepang menuju modernisasi yang komprehensif.

Tujuan utama dari era ini adalah meraih transformasi mendalam dan membangun fondasi kuat agar Jepang dapat bersaing dengan negara-negara Barat yang semakin maju pada saat itu.

Seiring berjalannya waktu, tujuan-tujuan ini mulai tercapai, dan perubahan yang diupayakan selama Restorasi Meiji semakin terlihat nyata.

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, Jepang telah berhasil mencapai perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan negaranya.

Beberapa pencapaian kunci dapat disorot dari Restorasi Meiji, termasuk transformasi dalam sektor industri, perluasan kemampuan militer, serta pengembangan sistem pendidikan yang modern.

Hasil dari perubahan ini adalah metamorfosis Jepang dari negara terisolasi dan terbelakang menjadi kekuatan ekonomi dan militer yang signifikan di dunia.

Hingga tahun 1904 menjadi titik balik penting dalam perjalanan Jepang menuju status kekuatan global yang diakui.

Dalam Perang Rusia-Jepang 1904-1905, Jepang berhasil mengalahkan Rusia yang pada saat itu dianggap sebagai salah satu kekuatan besar dunia.

Kemenangan ini memberikan pengakuan internasional terhadap posisi Jepang sebagai kekuatan yang patut diperhitungkan di arena internasional.

Pentingnya kemenangan dalam perang ini tidak hanya terletak pada fakta bahwa Jepang mengalahkan negara yang lebih besar dan kuat, tetapi juga pada dampak diplomasi dan politiknya.

Pengakuan internasional atas kemenangan ini memberi Jepang tempat di meja perundingan internasional.

Selain itu, kemenangan Jepang atas Rusia juga meruntuhkan pandangan lawas yang menilai negara-negara Asia tidak mampu menantang kekuatan Barat.

Hal ini menjadi langkah monumental menuju pencapaian tujuan awal Restorasi Meiji untuk menjadikan Jepang negara yang setara dengan negara-negara Barat.

Kemenangan ini juga memperlihatkan transformasi yang sangat cepat dalam sektor militer Jepang.

Sebelumnya, Jepang adalah negara dengan kekuatan militer terbatas yang bergantung pada tradisi samurai.

Namun, dalam beberapa dekade, Jepang mampu mengubah dirinya menjadi kekuatan militer yang modern dan efisien.

Hal ini mengukuhkan pandangan bahwa Restorasi Meiji berhasil mengantarkan Jepang keluar dari ketertinggalannya dan menjadi pesaing serius bagi negara-negara Barat yang lebih dahulu maju.

Perubahan tuntutan masyarakat

Abad ke-20 membawa perubahan dalam pandangan dan aspirasi masyarakat Jepang.

Kebutuhan akan modernisasi dan pembangunan tidak lagi menjadi satu-satunya prioritas.

Masyarakat Jepang mulai menuntut hak asasi individu yang lebih besar, partisipasi politik lebih aktif, dan kesetaraan.

Sektor pendidikan yang berkembang pesat dalam era ini berperan penting dalam mendorong kesadaran masyarakat tentang hak-hak mereka sebagai individu dan anggota masyarakat.

Bergabungnya Jepang sebagai anggota tetap Dewan Keamanan Liga Bangsa-Bangsa pada 1919 adalah salah satu contoh nyata dari perubahan tuntutan masyarakat.

Langkah ini menunjukkan komitmen Jepang terhadap diplomasi internasional.

Namun, kemudian muncul kontradiksi ketika ada keluhan tentang perlakuan yang adil terhadap koloni Jepang oleh Liga Bangsa-Bangsa.

Hal ini mencerminkan dorongan masyarakat untuk perubahan lebih lanjut dan keterlibatan lebih besar dalam urusan internasional.

Tuntutan akan perubahan politik dan partisipasi yang lebih besar dalam pengambilan keputusan juga menjadi semakin kuat.

Masyarakat ingin terlibat dalam bentuk pemerintahan yang lebih demokratis dan melihatnya sebagai langkah menuju keadilan dan kesetaraan lebih besar.

Perubahan dalam tuntutan masyarakat ini mencerminkan evolusi dari fokus awal Restorasi Meiji yang terutama berorientasi pada modernisasi dan stabilitas politik.

Transformasi sosial ini menggambarkan bagaimana aspirasi masyarakat dapat membentuk arah perubahan di tengah-tengah usaha pemerintah untuk mengatasi tantangan zaman.

Perkembangan politik dan kekuasaan militer

Perkembangan politik dan peran militer juga memengaruhi akhirnya Restorasi Meiji.

Pada 1930-an, pengaruh militer semakin meningkat, dan otoritas politik sipil mulai terkikis.

Serangkaian pemerintahan yang bergejolak dan berubah dengan cepat mengindikasikan ketidakstabilan politik, sedangkan kekuatan militer semakin merangkak naik.

Otoritas politik sipil semakin terkikis oleh kekuatan militer yang berkembang pesat.

Serangkaian pemerintahan bergejolak dan perubahan cepat dalam kepemimpinan negara mencerminkan ketidakstabilan politik yang semakin menguat.

Fokus semakin beralih dari modernisasi dan reformasi yang diusahakan pada awal Restorasi Meiji, menjadi orientasi pada perebutan kekuasaan politik di dalam negeri.

Hingga pada 1941, Jepang melakukan serangan mendadak terhadap Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor, Hawaii.

Tindakan ini mengejutkan dunia internasional dan menandai langkah yang sangat agresif Jepang dalam urusan internasional.

Keputusan menyerang Pearl Harbor menunjukkan bahwa faktor militer telah merangkak naik sebagai kekuatan dominan dalam pengambilan keputusan pemerintah Jepang.

Serangan Pearl Harbor menggarisbawahi pergeseran dari modernisasi dan diplomasi Jepang menjadi upaya militer yang lebih aktif dan agresif.

Dengan demikian, dinamika ini secara signifikan mengubah arah dan tujuan yang semula ditetapkan pada awal Restorasi Meiji.

Akhir perang dan pemulihan pascaperang

Berakhirnya Perang Dunia II di Asia pada 1945 membawa perubahan dramatis dalam jalan sejarah Jepang.

Pasca-surrender, Jepang menghadapi konsekuensi pendudukan oleh Sekutu yang mengarah pada serangkaian reformasi politik dan sosial lebih lanjut.

Ketika perang berakhir, Jepang ditempatkan dalam situasi harus menerima kekalahan mereka dan menerima pendudukan oleh pasukan Sekutu.

Pendudukan ini membawa dampak signifikan pada berbagai aspek kehidupan Jepang.

Para penguasa Sekutu mendorong Jepang untuk melakukan reformasi lebih lanjut untuk memastikan kebijakan dan tindakan yang membawa negara ini ke dalam perang tidak akan terulang kembali.

Pemulihan pascaperang melibatkan serangkaian reformasi politik dan sosial yang mencakup berbagai aspek, mulai dari struktur politik hingga pendidikan dan ekonomi.

Jepang menghadapi tantangan besar untuk mengatasi kerusakan akibat perang, tetapi juga harus menghadapi tanggung jawab moral atas tindakan agresif yang mereka lakukan selama konflik.

Selain itu, pemulihan pascaperang juga menyaksikan transformasi dalam peran Kaisar Hirohito.

Sebelum perang berakhir, klaim ilahi kaisar sebagai kepala negara menjadi suatu realitas yang diakui oleh negara dan masyarakat Jepang.

Namun, pascaperang, kaisar dipaksa untuk melepaskan klaim ilahi ini dan diubah menjadi simbol negara yang tidak memiliki kekuatan politik nyata.

Hal ini menandai perubahan fundamental dalam pandangan terhadap kaisar dan institusi kekaisaran Jepang.

Dampak berakhirnya era Restorasi Meiji

Akhir dari Era Restorasi Meiji telah memberikan dampak yang mendalam dan berkelanjutan terhadap Jepang.

Meskipun era Restorasi Meiji telah berakhir, perubahan besar yang diinisiasi oleh gerakan ini terus memberikan pengaruh signifikan hingga masa kini.

Jepang berhasil berkembang menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia.

Mereka menampilkan teknologi maju dan industri global kuat sebagai hasil dari transformasi sosial serta ekonomi yang dipicu Restorasi Meiji.

Di samping perkembangan material, akhir dari era ini juga memicu refleksi yang mendalam tentang identitas nasional Jepang.

Negara ini terus menghormati warisan sejarah dan budayanya yang kaya, sambil berusaha untuk menemukan keseimbangan tepat antara tradisi dan globalisasi modern.

Referensi:

  • Burkman, Thomas W. (1997). Japan and the League of Nations: Empire and World Order, 1914-1938.
  • Wallin, Homer N. (1968). Pearl Harbor: Why, How, Fleet Salvage and Final Appraisal.
  • Port, Kenneth L. (1992). The Making of Japan's Postwar Constitution.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/08/31/100000779/penyebab-dan-dampak-berakhirnya-era-restorasi-meiji

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke