Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dampak The Great Depression terhadap Hindia Belanda

Depresi ini dimulai setelah peristiwa Kamis Hitam (Black Thursday), yaitu peristiwa jatuhnya bursa saham New York pada 24 Oktober dan memuncak pada 29 Oktober 1929.

Karena depresi ini, ekonomi di hampir seluruh negara mengalami kemerosotan besar, termasuk Hindia Belanda.

Lantas, apa dampak the great depression terhadap Hindia Belanda?

Dampak the Great Depression

Dampak yang utama dari the Great Depression terhadap Hindia Belanda secara keseluruhan diringkas ke dalam empat hal, yaitu:

  • Hancurnya harga dan permintaan komoditas internasional.
  • Adanya masalah dalam pengusahaan tanaman perdagangan khususnya karet dan gula.
  • Krisis keuangan yang disebabkan oleh berkurangnya penerimaan dan belanja pemerintah.
  • Menurunnya secara tajam tingkat kesempatan kerja, pendapatan, dan daya beli masyarakat di seluruh pelosok negara.

Pada masa itu, harga merosot dari 123 ke 88, kemudian mencapai harga terendah sebesar 52 pada 1932, dan sekitar 41-43 pada kurun waktu selama enam tahun berikutnya.

Pada 1937, terjadi sedikit peningkatan, yaitu mencapai 54, tetapi hal ini tidak berlangsung lama karena harga kembali menurun dua tahun berikutnya.

Dengan demikian, jumlah nilai ekspor jatuh dari sekitar 1.600 juta pada 1927-1928, menjadi 500 untuk periode 1933-1935, masa terburuk pada depresi bagi Hindia Belanda.

Selain harga, tingkat kesempatan kerja juga sangat menurun pada semua sektor formal, terutama dalam industri perkebunan dan kegiatan perdagangan kota.

Kemudian upah juga diturunkan sampai sekitar 50 persen, yang juga berarti menurunnya daya beli serta permintaan di semua kegiatan.

Diketahui pada waktu itu lebih dari 300.000 kesempatan kerja di perkebunan hilang.

Perkebunan yang paling terkena dampak the great depression adalah perkebunan gula.

Perkebunan gula mengalami kesulitan yang paling hebat, karena cadangan gula telah meningkat, tetapi produksi harus dipotong.

Akibatnya, banyak pabrik gula terpaksa harus ditutup.

Selain pabrik gula, perkebunan karet juga terkena dampak depresi besar.

Meskipun cadangan karet dunia telah melebihi kapasitas dan harus mengikuti pembatasan dunia, tetapi tidak mungkin untuk mengatur produksi karet rakyat sesuai persetujuan internasional.

Dengan demikian, perusahaan karet tetap berdiri, tetapi membutuhkan ongkos tetap yang tinggi dan pengeluaran lain, seperti upah dan pembayaran bunga bank.

Hindia Belanda harus mengalami penderitaan akibat the great depression selama bertahun-tahun.

Namun, pada akhirnya, depresi besar berakhir karena Perang Dunia II yang terjadi sejak 1939 hingga 1945.

Adanya Perang Dunia II telah membuat orang-orang mendapat pekerjaan kembali sehingga perlahan-lahan kondisi perekonomian mulai sedikit membaik.

Referensi:

  • Padmo, Soegijanto. (1991). Depresi 1930-an dan Dampaknya Terhadap Hindia Belanda. Humaniora. No. 1, 1991. 

https://www.kompas.com/stori/read/2022/11/08/190000779/dampak-the-great-depression-terhadap-hindia-belanda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke