Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai-Nilai Luhur dalam Cerita Wayang "Gathutkaca Gugur"

Kompas.com - 14/03/2024, 17:00 WIB
Eliza Naviana Damayanti,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gathutkaca yaitu putra dari Raden Werkudara dan Dewi Arimbi.

Gathutkaca ketika perang Baratayudha yaitu perang besar antaranya Pandhawa dan Kurawa, Gathutkaca dijadikan Senapati untuk kubu para Pandhawa. Senapati adalah panglima perang. Sayangnya, Gathutkaca gugur dalam perang itu.

Baca juga: Mengenal Tokoh Wayang Nakula

Mari Kita simak bagaimana kisah gugurnya Gathutkaca!

Kisah Gathutkaca Gugur

Raden Gathutkaca adalah satriya di Pringgodani. Sebelum berangkat ke Tegal Kurusetra untuk berperang, Gathutkaca menghadap Ibunya yang Bernama Dewi Arimbi.

Ibunya merasa senang karena putranya menjadi Senapati Pandhawa. Ibu Gathutkaca juga berpesan bahwa walaupun kamu sakti jangan lupa dengan Tuhan agar bisa memberikan hasil di peperangan.

Dengan tekat yang sudah bulat, Raden Gathutkaca berangkat ke Palagan di tunggu oleh perajurit yang lain, seperti Brajawikalpa, Brajalamatan, dan Prababeksa.

Akan tetapi Raden Gathutkaca berjalan dengan cara terbang. Gathutkaca juga memakai caping Basunanda agar jika panas tidak kepanasan dan hujan tidak kehujanan.

Sudah banyak kurawa yang Bersiap di Tegal Kuruseta untuk menyegat Pandhawa. Banyak sekali jumlahnya, ada yang menunggang kuda dan ada juga yang jalan kaki. Yang membuat pasukan Pandhawa juga bersiap-siap untuk memulai peperangan. Pasukan pandhawa memulai perang terlebih dahulu.

Baca juga: Siapa Itu Petruk?

Berisik sekali dengan suara pedang, panah dan suara kurawa yang teriak-teriak kesakitan dan akhirnya mati mengakibatkan dan suasana semakin mencekam.

Adipati Karna selaku Senapati kurawa mengambil panah dan beribu-ribu panah diarahkan ke pasukan Pandhawa. Seketika pasukan Pandhawa kalang kabut.

Saat pasukan Pandhawa kalang kabut, Raden Gathutkaca mengamuk dan mengobrak-abrik pasukan kurawa. Raden Gatutkaca melempar aji Narantaka kepada Adipati Karna yang mengikbatkan kuda dan keretanya hancur.

Adipati Karna bisa selamat karena bisa melompat dari kereta. Adipati Krna lalu mengganti keretanya. Dari kereta tadi, Adipati Karna memanah Gatutkaca akan tetapi tidak pernah terkena Gatutkaca.

Adipati Karna berbicara kepada Gathutkaca “Gathutkaca, kowe aja ngisin-ngisini wong tuwa. Yen wani nyedhaka mrene. Aku ora bakal wedi marang kowe, Gathutkaca. Waspadakna apa kang tak gawa!”.

Raden Gathutkaca kaget dan baru ingat jika senjatanya di pakai, dia akan menemukan kesengsaraan. Maka dari itu Gathutkaca langsung terbang ke atas agar jauh dari senjata Kunta.

Di atas awan Gathutkaca bertemu dengan pakdhenya yaitu Ditya Kalabendana. Kala itu Ditya Kalabendana mati karena

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com