KOMPAS.com - Sosialisasi represif merupakan salah satu pola sosialisasi yang dikemukakan oleh Getrude Jaeger.
Bentuk sosialisasi ini menekankan pada pemberian hukuman atau sanksi terhadap kesalahan yang dilakukan individu atau kelompok.
Apa itu sosialisasi represif?
Menurut Elly M. Setiadi dan Usman Kolip dalam buku Pengantar Sosiologi Politik (2013), sosialisasi represif adalah sosialisasi yang disertai perangkat sanksi jika ada yang melanggar.
Pola sosialisasi ini bertumpu pada kepatuhan dan proses komunikasi satu arah, di mana pihak yang tersosialisasi wajib menaati apa yang disampaikan.
Dikutip dari buku Pengantar Sosiologi (2004) karya Kamanto Sunarto, Getrude Jaeger menjelaskan bahwa sosialisasi ini memiliki dasar pengenaan imbalan dan hukuman.
Baca juga: Mengapa Sosialisasi Berlangsung Seumur Hidup?
Artinya jika seseorang menaati dan menjalankan apa yang disampaikan pihak lain, orang tersebut akan mendapat imbalan.
Misalnya seorang anak yang menaati perintah orangtuanya akan mendapat imbalan berupa pujian.
Sebaliknya, apabila seseorang melanggar dan tidak menjalankan apa yang diminta, ia akan mendapat hukuman.
Dalam pola sosialisasi ini, individu tidak diberi kesempatan untuk mengubah atau menolak ketentuan yang telah disampaikan.
Ciri-ciri sosialisasi represif, antara lain:
Baca juga: Jenis dan Tahapan Sosialisasi
Berikut lima contoh sosialisasi represif: