Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme dan Imperialisme 

Kompas.com - 08/08/2022, 14:30 WIB
Serafica Gischa

Editor

Oleh: Rina Kastori, Guru SMP Negeri 7 Muaro Jambi, Provinsi Jambi 

 

KOMPAS.com - Bangsa Eropa datang ke Nusantara pada abad ke-16. Awalnya bertujuan untuk berdagang rempah-rempah. Namun, lama-kelamaan tujuan bergeser menjadi penerapan kolonialisme dan imperialisme. 

Pada abad ke-19, masyarakat Indonesia berupaya keras untuk melakukan perlawanan. Tujuan utamanya untuk mengusir penjajahan dari Nusantara. 

Namun sifat perlawanan lokal dari para raja atau sultan dan rakyat terhadap VOC masih sangat lokal. Beberapa perlawanan bangsa Indonesia terhadap kolonialisme dan imperialisme, yaitu: 

Baca juga: Perlawanan Banten terhadap VOC

Berikut penjelasannya: 

Kesultanan Demak melawan Portugis 

Keinginan untuk mengembalikan tanah Islam yang telah terampas oleh musuh serta mengembalikan kemulian kerajaan Islam di Malaka menjadi faktor politik Demak menyerang Malaka. 

Adapun secara ekonomi faktor pendorongnya adalah keinginan Demak untuk menguasai Selat Malaka merupakan jalur perdagangan internasional.

Pada masa pemerintahan Raden Patah, Kesultanan Demak sudah mengadakan perlawanan terhadap Portugis yang menduduki Malaka. 

Raden Patah mengirim pasukannya di bawah pimpinan Pati Unus putranya yang menjadi Bupati Jepara untuk menyerang Portugis di Malaka. 

Ekspedisi pertama Pati Unus untuk menyerang Portugis terjadi pada tahun 1512. Namun, serangan besar-besaran tersebut gagal mengusir Portugis dari Malaka. 

Sementara itu, keberanian Pati Unus dalam memimpin penyerangan ke Malaka yang dikuasai Portugis menyebabkan dirinya mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor.

Baca juga: Penyebab Terjadinya Perlawanan Terhadap Bangsa Portugis

Takhta Kesultanan Demak kemudian diteruskan oleh tokoh yang bergelar Sultan Trenggana yang merupakan putra lain dari Raden Patah. 

Dalam rangka memperluas ekspansinya ke daerah barat, Sultan Trenggono mengirim Fatahillah yang didampingi Maulana Hasanuddin putra Sunan Gunung Jati untuk menggagalkan rencana kerja sama antara Portugis dan Pajajaran. 

Pada tahun 1527, Fatahillah-Maulana Hasanuddin menyerang kedudukan Portugis di Sunda Kelapa. Serangan tersebut berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. 

Selanjutnya pada 22 Juni 1527 nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta atau Jakarta yang berarti kemenangan yang sempurna. 

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com