Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

The Great Emu War: Kekalahan Manusia dari Burung Emu

Kompas.com - 31/07/2021, 10:00 WIB
Silmi Nurul Utami,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Saat berada di bangku sekolah, seringkali kita menilai pelajaran sejarah adalah pelajaran yang membosankan.

Banyak peristiwa yang harus diingat, gambar yang hitam putih, membuat sebagian orang mengantuk dalam pelajaran sejarah. Namun jangan salah, ternyata sejarah juga menyimpan cerita lucu dari berbagai negara. 

Salah satu cerita lucu tentang sejarah datang dari negara Australia. Di mana manusia harus berperang dengan burung emu. Cerita ini diawali dengan pulangnya para veteran Perang Dunia I ke Australia pada tahun 1932. Mereka diberikan tanah untuk kemudian ditanami gandum.

Sayangnya pada saat itu Australia sedang mengalami kekeringan. Para petani kesulitan mengairi ladang, namun ternyata bukan hanya manusia yang merasakan kesulitan. Burung emu juga mengalami kesulitan dalam masa kering tersebut.

Dilansir dari History of Yesterday, sekitar 20.000 burung emu bermigrasi dari pedalaman Asutralia ke pertanian dan peternakan untuk mencari air. Mereka merusak pagar, berlarian kesana-kemari mencari air dan merusak lahan pertanian juga properti.

Kesal karena kekeringan dan sulitnya ekonomi, para petani meminta izin pemerintah untuk membunuh para emu. Menteri Pertahanan Astralia, Sir George Pearce kemudian menurunkan tiga orang pasukan militer untuk menghadapi para emu yang dipimpin oleh Mayor GPW Meredith.

Baca juga: Shoebill Stork, Burung Purba yang Masih Hidup Hingga Sekarang

Hal tersebut dilakukan dengan harapan memberantas emu bisa menjadi latihan bagi pasukannya. Pearce sangatlah percaya diri, ia bahkan memerintahkan Meredith dan pasukannya menyematkan bulu emu di topi mereka ketika selesai memberantas emu.

Mayor Meredith, dua orang pasukannya, dan seorang juru kamera untuk memberantas emu. Tunggu, kenapa ada juru kamera? Jawabannya adalah karena Pearce ingin mengabadikan kemenangan atas burung emu.

Perang melawan burung emu 

Perang melawan emu dimulai, Meredith memiliki strategi untuk menggiring burung-burung emu ke daerah sempit lalu menghabisinya dengan senapan mesin. Namun emu tidak sebodoh itu, ketika digirng mereka malah terpecah dari kelompoknya dan berlarian ke sana ke mari tanpa arah yang pasti.

Melansir dari History HowStuffWorks, seorang penjaga burung di Smithsonian National Zoological Park bernama Eric Slovak mengatakan banhwa emu dilahirkan untuk berlari. 

Kaki, kepala, dan leher burung emu bergerak dengan fluiditas yang elegan. Sementara, tubuh mereka tetap sejajar dengan tanag. Tubuh burung emu terlihat seperti ombak, di mana kaki ke kiri, kepala ke kanan, dan semua berlari ke arah berbeda. 

Burung emu adalah burung kedua terbesar di dunia. Berdasarka situs National Geographic, burung emu memiliki tinggi badan sekitar 5,2 hingga 6,2 kaki dengan berat bisa mencapai 100 pon. Dengan badan sebesar itu, mereka dapat berlari dengan kecepatan 50 kilimeter per jam.

Baca juga: Kisah Sedih di Balik Kepunahan Burung Dodo

Meredith dan pasukannya terus berusaha menembak emu dengan senapan mesin, namun hanya berhasil membunuh 12 ekor saja. Lalu tiba-tiba senjata Lewis yang dibawa Meredith macet.

Hal tersebut tentu saja tidak menyenangkan bagi Meredith dan dua pasukannya, kameramen juga mungkin berada dalam kebingungan pada saat itu.

Emu menghancurkan jauh lebih banyak lahan pertanian dan segala macam hal yang menghalangi jalan mereka ketika kabur dari peluru.

Disadur dari Australian Geographic, Meredith mengatakan bahwa jika divisi militer memiliki peluru yang mampu menghadapi burung-burung emu, maka divisi tersebut bisa menghadapi pasukan apapun di dunia. Menurutnya, burung emu dapat menghadapi senapan dengan kekebalan seperti tank.

Tidak menyerah, perang melawan emu terjadi dalam beberapa babak. Dengan hasil akhir dari 10.000 peluru senapan, 2.500 mengenai burung emu dan membunuh sekitar 986 atau sekitar 10 persen dari jumlah emu keseluruhan.

Setelah itu perang emu berakhir, sehingga bisa disimpulkan bahwa perang kali ini dimenangkan oleh para burung emu. Hingga sekarang, burung emu masih hidup dalam jumlah besar di Australia. Para petani menggunakan pagar pembatas yang lebih kuat.

Dari situlah kita belajar, bahwa senapan tidak bisa mengalahkan kelompok emu. Menjaga habitat asli para emu, memastikan alam menyediakan air juga makanan adalah hal yang penting. Sehingga manusia dan hewan bisa hidup berdampingan tanpa saling merugikan.

Baca juga: Burung Gagak, Dikenal sebagai Tanda Kematian

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com