KOMPAS.com - Tari Remo adalah tarian khas Jawa Timur yang ditampilkan sebelum pertunjukan Ludruk.
Dalam buku Evolusi Remo Malang (2001) oleh Robby Hidayat, tari Remo mengalami perjalan yang cukup panjang.
Awalnya pada tahun 1920-an, tarian Remo bersifat religius. Kemudian berkembang sebagai penghibur masyarakat.
Pada perkembangannya, ketika Remo dan Ludruk melebur dengan realitas politik masa pergerakan, tari Remo memantapkan diri menjadi tarian khas sebagai tari dengan tema keprajuritan.
Baca juga: Tari Bambangan Cakil, Mengisahkan Perang Kembang dalam Cerita Wayang
Sekitar tahun 1931, Ludruk Sandiwara yang datang dari Jombang membawa Remo untuk ajang pertunjukan ke Surabaya. Lakon yang sangat populer waktu itu adalah Siti Muninggar Pendekar Wanita.
Sejalan dengan politik perjuangan, maka Ludruk Sandiwara dikenal dengan Lurdruk perjuangan. Cak Durasim dengan kidungan Remo mengkritik pemerintah Jepang di Indonesia. Hasilnya, beliau harus keluar masuk penjara tentara Jepang di Surabaya.
Perjuangan Cak Durasim tersebut menjadi sejarah tari Remo memasuki wilayah politik praktis. Melalui kidung bekupon omahe dara, melok Nippon tambah sengsara, tari Remo mulau menegaskan identitasnya.
Tari Remo lahir dari semangat perjuangan rakyat, khsususnya seniman untuk menegakkan dan merebut kembali kemerdekaan. Hal ini terlihat dari tari Remo yang menampakkan diri sebagai sosol prajurit pejuang.
Tri Broto Wibisono dalam bukunya Ngremo (1981), mengatakan tari Remo bisa disajikan secara tunggal, berpasangan, atau berkelompok.
Baca juga: Tari Merak, Terinspirasi dari Keindahan Burung Merak
Pola gerak dasar dari tari Remo adalahs sikap tancep. Sikap tancep adalah badan tegak dengan kedua tungkai membuka, pandangan tajam lurus ke depan dan sesekali ke arah kiri dan kanan. Berikut penjelasan lengkap gerak dasar tari Remo:
Badan tegap dan dada membusung adalah sikap dasar menari yang dimiliki oleh tradisi Jawa. Sikap badan ini memberkan kesan gagak dan berwibawa.
Sikap kedua tungkai membuka ke samping dan dilanjutkan dengan sikap tajak maka posisi kaki harus mendhak. Hal ini menegaskan bahwa tarian ini gagah perkasa, cepat, kuat, namun tidak brangasan. Artinya tegas namun emosinya terkendali.
Sebagian besar pola dan pelaksanaan gerak tangan pada tari Remo menggunakan ruang serta kesan gerak yang menyamping.
Baca juga: Tari Rangguk, Mencerminkan Sifat Kebersamaan Masyarakat Jambi
Pada bagian ini, leher atau pacak gulu dan pandangan mata menjadi prinsip dari tari Remo. Ada dua gerak leher yang digunakan, yakni:
Disadur dari buku Pengetahuan Tari (2008) karya Wahyudiyanto, tata busana baik untuk tari Remo putri dan putra umumnya memiliki struktur dan susunan yang sama, yaitu:
Busana tari Remo yang diperagakan oleh penari putri menggunakan busana sebagai berikut:
Baca juga: Tari Yapong, Tarian Tradisional DKI Jakarta
Busana tari Remo yang diperagakan oleh penari putra adalah:
Sedangkan untuk tata rias pada tari Remo menyesuaikan dengan karakter tarinya. Secara umum tata riasnya berkaitan dengan ciri karakter tari Rimo yang dilihat pada:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.