Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warnanipun Ukara Basa Jawa

Kompas.com - 14/05/2024, 21:30 WIB
Eliza Naviana Damayanti,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ukara, yang berasal dari kata "ukara" dalam bahasa Jawa, adalah kumpulan kata yang membentuk gagasan atau ide yang lengkap.

Dalam masyarakat, ukara menjadi alat untuk menyampaikan pesan, ekspresi, dan cerita. Jenis ukara bervariasi tergantung pada apa yang ditulis dalam kalimat.

Baca penjelasan lengkap mengenai ukara bahasa jawa di bawah ini, ya!

Pengertian ukara

Ukara adalah kumpulan kata yang teratur yang membentuk kumpulan ide atau gagasan dan ditandai dengan satuan bahasa.

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara ukara dan kalimat dalam bahasa Indonesia dari segi kaidah kebahasaan. Ukara terdiri dari susunan kata-kata yang relatif, dapat berdiri sendiri, dan memiliki intonasi akhir yang terdiri dari klausa. 

Ciri-ciri ukara

Ukara memiliki karakteristiknya sendiri yang terdiri atas kurang lebih empat hal, sebagai berikut:

  • Bisa berdiri sendiri
  • Terdiri dari satu klausa atau lebih, yaitu jejer (subyek) dan wasesa (predikat)
  • Pada tulisan awal kalimat diawali dengan huruf kapital (aksara murda)
  • Akhir kalimat diberi tanda titik, koma, titik koma, tanda seru, dan tanya tanya
  • Adanya intonasi (laguning pocapan)

Baca juga: Mengenal Ukara Lamba Basa Jawa

Struktur ukara

Struktur ukara tidak berbeda jauh dari kalimat bahasa Indonesia yang meliputi subyek, predikat, obyek, dan keterangan. Beikut penjelasannya:

  • Jejer (subyek)

Jejer atau subyek merupakan apa yang dibicarakan atau diceritakan keadaannya dalam kalimat. Jejer tidak hanya meliputi tembung aran (kata benda) saja, melainkan juga ada beragam jenis kata lainnya. Posisi jejer umumnya berada di sebelah kiri wasesa.

  • Wasesa (predikat)

Wasesa atau predikat adalah struktur yang menggambarkan tentang pekerjaan, tingkah laku atau keadaan jejer. Disebutkan bahwa wasesa menjadi inti dari ukara sehingga kalimat tanpa wasesa disebut sebagai frasa. Biasanya, posisi wasesa terletak di sebelah kanan jejer dan sebelah kiri lesan.

  • Lesan (obyek)

Selanjutnya adalah lesan atau obyek. Ini berisi apa yang dituju dalam kalimat. Posisinya berada di sebelah kanan wasesa atau juga disebut sebagai ukara tanduk (kalimat aktif).

  • Geganep (pelengkap)

Pelengkap atau geganep, yaitu struktur kalimat yang berfungsi sebagai pelengkap wasesa. Biasanya ia terletak di sebelah kanan wasesa atau di sebelah kanan lesan.

  • Katrangan (keterangan)

Yang terakhir adalah katrangan. Struktur kalimat yang satu ini bertujuan untuk menjelaskan maksud dari kalimat agar lebih rinci. Posisi dari katrangan dapat diletakkan di mana pun, baik di depan, di tengah, maupun di akhir.

Pola Ukara

Dalam hal ini, pola ukara merujuk pada tata urutan struktur kalimat yang telah dijelaskan sebelumnya. Ada tujuh pola kalimat yang dapat terbentuk, yaitu:

  1. J-W
  2. J-W-L
  3. J-W-P
  4. J-W-K
  5. J-W-L-P
  6. J-W-L-K
  7. J-W-L-P-K

Jenis ukara

Ukara dibagi berdasarkan tindakan dan isinya. Ukara dibagi menjadi dua jenis, tanduk dan tanggap, berdasarkan tindakan.

Menurut isinya, ukara dibagi menjadi carita (cerita), pakon (perintah), dan pitakon (tanya). Di bawah ini adalah penjelasannya:

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com