KOMPAS.com - Di Indonesia, seni kaligrafi yang dikenal umumnya kaligrafi Arab. Di mana tulisan Arab yang ditulis dengan gaya sedemikian rupa, sehingga tulisan tersebut memiliki keindahan yang bernilai seni dan enak dipandang.
Kaligrafi Arab lebih dikenal di Indonesia, dibandingkan seni kaligrafi yang lainnya. Salah satu penyebabnya karena perkembangan seni kaligrafi Arab cukup mendapatkan posisi dan sudah di bawa serta dikenalkan pada masa kerajaan -kerajaan Islam di Indonesia.
Hal ini dapat dilihat bahwa kaligrafi menjadi salah satu peninggalan sejarah kerajaan-kerajaan Islam. Dalam buku Seni Kaligrafi (1985) oleh Abdul Karim Husain, kata kaligrafi berasa dari bahasa latin yang terdiri dari kalios (calios) artinya indah dan graf (graph) yang berarti gambar atau tulisan.
Dalam bahasa Inggris dikenal istilah Calligraphy, yaitu lisan indah dan seni menulis indah. Tulisan halus yang obyeknya huruf Jawa, Latin, Jepang, hindi, China, Rusia, dan lainnya disebut kaligrafi. Sedangan dalam bahsa Aran disebut Khat yang artinya garis atau tulisan indah.
Baca juga: Karya Sastra Peninggalan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
Pengertian kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya dan cara merangkainya menjadi tulisan yang tersusun.
Berdasarkan buku Dasar-Dasar Linguistik (1990) oleh Djoko Kentjono, kedatangan agama Islam di Indonesia menyebabkan tersebarnya aksara Arab.
Akasara tersebut tidak hanya digunakan untuk naskah berbahasa Arab atau Al-Qur'an, melainkan juga untuk bahasa Melayu yang disebut Pegon (huruf Jawi).
Huruf ini juga digunakan sebagai medium pengajaran dan penulisan di sekolah dan pada penulisan kitab, terutama di pesantren.
Perkembangan kreativitas seniman lokal Indonesia dalam memahat seni kaligrafi mulai diaplikasikan pada batu nisan.
Baca juga: Peninggalan Sejarah Kerajaan Cirebon
Sejak abad ke-12 dan sesudahnya, kreativitas seniman Indonesia memunculkan seni memahat dalam pembuatan kaligrafi dengan berbagai gaya dan ciri arsitektur yang khas.
Kemudian pada abad ke-16 sampai 19, corak pahatan kaligrafi yang dibubuhi kalimat tauhid terlihat di makam kuno Goa Tallo Sulawesi Selatan, Bima, Ternate, dan Tidore.
Hal ini menunjukkan adanya kemajuan kaligrafi Arab di Maesan (makan tua). Perkembangan terus berlanjut, hingga pada abad ke-18 sampai 20, kaligrafi beralih pada kegiatan kreasi seniman Indonesia dalam aneka media, seperti kertas, kayu, logam, kaca, dan lainnya.
Ali Akbar dalam buku Kaidah Menulis danKarya-Karya Master Kaligrafi Islam (1994), dikemukakan fungsi-fungsi kaligrafi sebagai berikut:
Karya seni kaligrafi bertujuan untuk mengagungkan nama Tuhan. Sehingga kaligrafi menjadi produk seni yangtidak lepas dari unsur-unsur ibadah dan dakwah.
Baca juga: Contoh Bangunan Peninggalan Sejarah di Indonesia
Kaligrafi sebagai sarana penyaluran kreatifvitas seni
Beberapa seniman kaligrafi (kaligrafer) mampu memadukkan seni kaligrafi islam dengan unsur-unsur seni lokal. Pola hias tradisional yang sudah berkembang kemudian dipertahankan dan menghasilkan karya kaligrafi yang indah tanpa menghilangkan karakter tulisannya.
Fungsi utama kaligrafi yang dijumpai adalah untuk menghias agar tampak lebih indah.
Besarnya minat seniman muslim untuk menuangkan kreativitas seni, muncul secara bersamaan dengan tingginya rasa hormat terhadap tokoh-tokoh yang berjasa.
Kaligrafi sebagai alat untuk menyampaikan maksud tertentu. Fungsi ini diwujudkan oleh salah satu sultan yang memerintah Kerajaan Aceh Darussalam untuk mengirim surat kepada penguasa negara luar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.