Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laku Tepu, Pakaian Adat Sulawesi Utara

Kompas.com - 25/02/2021, 14:10 WIB
Ari Welianto

Penulis

Pekaiaan paporong diikat di bagian kepala menutupi dahi. Paporong untuk laki-laki disebut paporong lingkaheng dan untuk keturunan bangsawan disebut paporong Kawawantuge.

Bagian leher Laku Tepu berbentuk setengah lingkaran, berlengan panjang, dan panjang pakaian sampai ke tumit.

Laku tepu yang panjang berfungsi untuk menutupi tubuh, melambangkan keagungan masyarakat Sangihe Talaud.

Baca juga: Perbedaan Sistem Pemerintahan Indonesia dengan Malaysia

Baju Laku Tepu perempuan

Pakaian untuk perempaun disebut juga Laku Tepu. Untuk modelnya pada bagian atas model baju terusan sampai di bawah lutut.

Untuk tangannya adalah tangan kebaya lengan panjang, sedangkan bagian dalamnya kahiwu yang bentuknya seperti kain sarung atau kain yang dilingkarkan di perut.

Untuk Panjangnya melewati baju panjang atau di bawah betis. Dibuat lewada lipit-lipit dan dilengkapi dengan selendang atau bawandang.

Warna dasar baju Laku Tepu

Fungsi baju Laku Tepu adalah pakaian sehari-hari.

Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kabudayaan (Kemdikbud), bentuk baju panjang hingga menutup mata kaki, lengan panjang dan bentuk leher bulat polos, dan pakaian itu tidak ada belahan atau terbuka sehingga tidak memiliki kancing.

Pada baju Laku Tepu punya lima warna dasar dan tiap warna menentukan tingkat sosial seseorang di masyarakat.

Baca juga: Latar Belakang dan Alasan Kerajaan Demak Menguasai Banten

Berikut tingkatan sosial sesuai warna:

  • Warna kuning (maririhe) digunakan oleh sesepuh adat, bupati dan raja.
  • Warna ungu (kamumu) dipakai oleh pejabat di bawah bupati, camat, bebato, penatua adat.
  • Warna hijau (kinalea) dipakai oleh istri-istri pejabat dan untuk semua wanita baik tua maupun muda.
  • Warna putih (ledo) dipakai oleh masyarakat biasa.
  • warna merah (mahamu) dipakai oleh prajurit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com