Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakai Minyak Goreng Berulang Sebabkan Gangguan Saraf

Kompas.com - 06/04/2024, 12:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penelitian kembali mengungkapkan dampak penggunaan berulang minyak goreng.

Dalam studi tersebut, peneliti menyebut mengonsumsi minyak goreng bekas dapat menyebabkan degenerasi saraf yang lebih tinggi.

Baca juga: Ingat, Ini Bahaya Minyak Jelantah Bagi Kesehatan Tubuh

Penelitian ini berdasarkan uji coba pada tikus.

Praktik memanaskan kembali minyak dalam jumlah yang sama untuk beberapa kali adalah hal yang umum dilakukan di rumah dan restoran di seluruh dunia, sehingga penelitian ini dapat berdampak besar pada kesehatan manusia.

Pemakaian ulang minyak goreng

Mengutip IFL Science, Kamis (28/3/2024) menggoreng dengan merendam makanan sepenuhnya dalam minyak panas merupakan teknik memasak yang sangat populer.

Sayangnya, camilan lezat yang dihasilkan dari proses masak dengan cara tersebut telah dikaitkan dengan berbagai penyakit termasuk kanker dan diabetes.

Dan tidak berhenti sampai situ, ancaman berbagai penyakit itu akan semakin besar jika minyak goreng digunakan kembali.

Pemanasan yang berulang-ulang akan menghancurkan antioksidan dan komponen sehat lainnya yang terkandung sekaligus menambahkan senyawa berbahaya seperti lemak trans dan peroksida.

Namun, hingga saat ini dampak konsumsi pemakaian minyak goreng berulang belum diteliti dengan baik.

“Menggoreng dengan suhu tinggi telah dikaitkan dengan beberapa gangguan metabolisme, namun belum ada penelitian jangka panjang mengenai pengaruh konsumsi minyak goreng dan dampak buruknya terhadap kesehatan,” jelas penulis studi Kathiresan Shanmugam dalam sebuah pernyataan.

"Sepengetahuan kami, kami adalah orang pertama yang melaporkan bahwa suplementasi minyak goreng dalam jangka panjang meningkatkan degenerasi saraf pada keturunan generasi pertama,” katanya.

Baca juga: Viral Cek Minyak Goreng Bekas dan Baru, Bagaimana Cara Mudahnya?

Dalam studinya, selama 30 hari peneliti memberi makan tikus betina dengan makanan standar atau makanan yang diperkaya dengan mintak biasa atau minyak yang dipanaskan kembali.

Pada akhir bulan, mereka menemukan bahwa hewan yang diberi makan dengan menggunakan minyak bekas menunjukkan peningkatan kadar enzim hati, memperlihatkan tingginya tingkat peradangan dan stess oksidatif di dalam organ penting ini.

“Akibatnya, metabolisme lipid hati berubah secara signifikan, dan pengangkutan DHA asam lemak omega-3 otak yang penting menurun,” kata Shanmugam.

Pada gilirannya hal itu mengakibatkan degenerasi saraf, yang terlihat pada histologi otak tikus yang mengonsumsi minyak berulang.

Temuan tersebut menggambarkan pentingnya hubungan hati-usus-otak serta menunjukkan bagaimana gangguan yang terjadi pada organ dapat menyebabkan kerusakan neurologis.

Selain itu, tikus yang diberi minyak yang dipanaskan menunjukkan peningkatan kolesterol dan tingkat penanda peradangan yang lebih tinggi seperti protein C-reaktif sensitivitas tinggi (hs-CRP), yang terkait dengan serangan jantung dan stroke.

Peneliti juga mencatat kerusakan sel di dalam usus besar tikus, begitu pula dengan degenerasi sel pendukung saraf yang dikenal sebagai glia.

Dalam serangkaian percobaan lanjutan, penulis penelitian memaparkan tikus tersebut dengan monosodium glutamat (MSG) dan menemukan bahwa bahan tambahan makanan yang umum ini menyebabkan kerusakan neurologis lebih lanjut pada tikus yang mengonsumsi minyak bekas.

Hasil penelitian tersebut dipresentasikan pada Discover BMB, pertemuan tahunan American Society for Biochemistry and Molecular Biology, yang diadakan pada tanggal 23-26 Maret di San Antonio.

Baca juga: Minyak Goreng Langka dan Mahal, Ini Alternatif Mengolah Makanan Menurut Ahli Gizi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com