KOMPAS.com - Semua hal yang hidup akan menemukan ajalnya. Namun tidak semua orang selalu siap untuk berada diambang kematian.
Bagaimana rasanya berada di ambang kematian? Penelitian telah mendapat beberapa kondisi sekarat pada kebanyakan orang.
Baca juga: Sudi Ungkap Memiliki Anak di Usia Muda Terkait dengan Kematian Dini
Dilansir dari Science focus, saat kematian semakin dekat, kebanyakan orang kehilangan minat untuk makan dan minum. Hal tersebut normal karena sistem pencernaan orang yang berada diambang kematian akan melemah.
Orang yang sekarat menghabiskan waktu lebih sedikit untuk terjaga. Ketika seseorang tertidur untuk istirahat lambat laun berubah menjadi sesuatu yang lain.
Tenggelam dalam ketidaksadaran dalam jangka waktu yang semakin lama.
Dilansir dari Healthdirect, pada hari-hari sebelum kematian, kendali seseorang terhadap pernapasannya mulai gagal.
Pernapasan lebih lambat untuk beberapa saat, lalu lebih cepat, sehingga pernapasan mereka menjadi tidak dapat diprediksi.
Sering kali, warna kulit orang berubah pada hari-hari sebelum kematian seiring dengan menurunnya sirkulasi darah. Kulit menjadi lebih pucat atau abu-abu atau muncul bintik dan bercak.
Kesulitan mengontrol suhu tubuhnya. Tangan dan kaki seseorang yang sekarat mungkin menjadi dingin saat disentuh.
Dengan hilangnya oksigen ke otak, ketika sekarat beberapa orang berhalusinasi dan berbicara dengan orang yang tidak ada. Mereka mungkin bingung atau disorientasi.
Baca juga: Potensi Kematian Akibat Panas di 2050 Meningkat 5 Kali Lipat
Tanda-tanda fisik seseorang sedang sekarat antara lain:
Mengetahui pola kematian pada umumnya dan mengenali tahapannya, membantu para pendamping untuk memahami apa yang mereka saksikan.
Selain itu juga mengurangi rasa takut terhadap kondisi yang tidak terduga.
Serta memiliki kesempatan untuk meminta bantuan medis yang diperlukan untuk mengatasi gejala dan memungkinkan seseorang selamat dari ambang kematian.
Baca juga: Studi Ungkap Manfaat Kopi untuk Turunkan Risiko Kematian Dini
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.