Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Mengapa Kotaku Semakin Panas?

Kompas.com - 23/12/2023, 14:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Menurut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), pada tahun 2019 baru 13 dari 174 kota di Indonesia yang mengikuti Program Kota Hijau dengan porsi RTH seluas 30 persen atau lebih.

Baca juga: Perubahan Iklim Berpotensi Bikin Bumi Terlalu Panas untuk Manusia

4. Meningkatnya konsumsi energi

Permintaan energi di wilayah perkotaan terus meningkat. Penggunaan Air Conditioner (AC) dan peralatan penghasil panas lainnya secara ekstensif di bangunan komersial dan perumahan dapat meningkatkan suhu secara signifikan.

Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), konsumsi energi listrik pada tahun 2022 adalah 1.173 kWh/kapita, naik 4,45 persen dibandingkan pada tahun 2021, dan diperkirakan naik sebesar 13,9 persen menjadi 1.336 kWh/kapita pada tahun 2023.

5. Meningkatnya transportasi dan aktivitas industri

Padatnya lalu lintas kendaraan dan tingginya aktivitas industri akan meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang memicu pemanasan global, polusi udara, dan fenomena UHI.

BPS melaporkan bahwa pada kuartal kedua 2023, sektor transportasi dan pergudangan mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 15,3 persen. Sementara itu, sektor industri mengalami pertumbuhan sebesar 4,9 persen.

Dampak UHI

UHI memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan manusia, konsumsi energi, dan lingkungan perkotaan secara keseluruhan.

Baca juga: Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

1. Risiko kesehatan UHI

UHI menimbulkan risiko kesehatan yang serius bagi masyarakat perkotaan, terutama pada kelompok rentan seperti orang lanjut usia, anak-anak, dan individu dengan masalah kesehatan.

Paparan UHI dalam waktu lama dapat menyebabkan kelelahan akibat panas berlebih, yang memengaruhi kesehatan fisik dan mental. Hal tersebut diperburuk oleh tingginya tingkat polusi udara di daerah perkotaan.

2. Peningkatan konsumsi energi

Seiring dengan meningkatnya suhu, terjadi peningkatan permintaan AC serta alat pendingin lainnya untuk mendinginkan gedung dan rumah.

Hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi energi dan emisi GRK yang dapat memperburuk fenomena pemanasan global dan UHI.

3. Sumber daya air

Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan kebutuhan air. Selain itu, UHI dapat mengganggu siklus air setempat akibat meningkatnya laju penguapan, sehingga menyebabkan penurunan ketersediaan dan kualitas air.

4. Biaya ekonomi

UHI menyebabkan peningkatan biaya perawatan kesehatan dan penggunaan energi serta penurunan produktivitas tenaga kerja akibat panas ekstrem.

Baca juga: Mengenal Geoengineering, Teknologi Mengurangi Suhu Panas Bumi

Kondisi tersebut dapat membebani perekonomian lokal dan menurunkan kualitas hidup masyarakat perkotaan.

4. Hilangnya keanekaragaman hayati

Efek UHI dapat mengganggu ekosistem lokal, menyebabkan perubahan distribusi spesies, fenologi tanaman, dan peningkatan tekanan pada satwa liar. Selain itu, kenaikan suhu udara dapat meningkatkan suhu air, sehingga berdampak buruk pada ekosistem perairan.

Strategi Mitigasi UHI

Mengingat dampak negatif fenomena UHI, maka diperlukan langkah-langkah strategis untuk memitigasinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com