Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Kotaku Semakin Panas?

Oleh: Nunung Puji Nugroho

KINI udara di daerah perkotaan terasa sangat panas dengan terik matahari yang menyengat kulit. Namun, ketika berada di daerah perdesaan, kita rasakan udara yang lebih sejuk.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Fenomena tersebut dikenal sebagai Urban Heat Island (UHI) atau pulau panas perkotaan, yaitu ketika suhu daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perdesaan di sekitarnya.

Fenomena UHI merupakan permasalahan lingkungan yang semakin mendapat perhatian di dunia, termasuk Indonesia. Dengan pesatnya laju urbanisasi serta adanya dampak perubahan iklim, pemahaman dan penanganan UHI menjadi penting.

Namun, sebagai negara kepulauan dengan karakteristik iklim dan pola pembangunan perkotaan yang beragam, Indonesia mengalami fenomena UHI dengan tingkat yang berbeda-beda pula.

Tulisan ini bertujuan untuk memahami fenomena UHI di Indonesia, dengan mempertimbangkan penyebab, dampak, dan strategi mitigasinya.

Penyebab UHI

Fenomena UHI disebabkan oleh aktivitas manusia dan perubahan lanskap alam. Faktor-faktor penyebab UHI adalah sebagai berikut:

1. Urbanisasi

Meskipun laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurun pada tahun 2023, yaitu 1,13 persen, namun populasi perkotaan terus meningkat akibat urbanisasi. Hal ini menyebabkan peningkatan konstruksi, transportasi, dan penggunaan energi.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk perkotaan adalah 56,7 persen pada tahun 2020 dan diperkirakan meningkat menjadi 66,6 persen pada tahun 2035.

2. Pembangunan infrastruktur

Pesatnya laju urbanisasi menuntut adanya pembangunan infrastruktur yang ekstensif dengan mengorbankan lanskap alam.

Daerah perkotaan dengan kepadatan tinggi dan gedung-gedung bertingkat cenderung memerangkap panas dan menghambat sirkulasi udara, sehingga meningkatkan efek UHI.

Selain itu, pemilihan material dalam konstruksi dan infrastruktur yang menyerap panas, seperti aspal dan beton, berkontribusi terhadap peningkatan suhu.

3. Kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Ketika kota-kota berkembang pesat, lanskap alam akan tergantikan dengan lingkungan terbangun, sehingga mengurangi ruang hijau. Hal tersebut akan mengurangi keteduhan, meningkatkan panas, dan meminimalkan pendinginan alami melalui evapotranspirasi.

Banyak kota di Indonesia yang mengalami kekurangan RTH.

Menurut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), pada tahun 2019 baru 13 dari 174 kota di Indonesia yang mengikuti Program Kota Hijau dengan porsi RTH seluas 30 persen atau lebih.

4. Meningkatnya konsumsi energi

Permintaan energi di wilayah perkotaan terus meningkat. Penggunaan Air Conditioner (AC) dan peralatan penghasil panas lainnya secara ekstensif di bangunan komersial dan perumahan dapat meningkatkan suhu secara signifikan.

Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), konsumsi energi listrik pada tahun 2022 adalah 1.173 kWh/kapita, naik 4,45 persen dibandingkan pada tahun 2021, dan diperkirakan naik sebesar 13,9 persen menjadi 1.336 kWh/kapita pada tahun 2023.

5. Meningkatnya transportasi dan aktivitas industri

Padatnya lalu lintas kendaraan dan tingginya aktivitas industri akan meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang memicu pemanasan global, polusi udara, dan fenomena UHI.

BPS melaporkan bahwa pada kuartal kedua 2023, sektor transportasi dan pergudangan mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 15,3 persen. Sementara itu, sektor industri mengalami pertumbuhan sebesar 4,9 persen.

Dampak UHI

UHI memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan manusia, konsumsi energi, dan lingkungan perkotaan secara keseluruhan.

1. Risiko kesehatan UHI

UHI menimbulkan risiko kesehatan yang serius bagi masyarakat perkotaan, terutama pada kelompok rentan seperti orang lanjut usia, anak-anak, dan individu dengan masalah kesehatan.

Paparan UHI dalam waktu lama dapat menyebabkan kelelahan akibat panas berlebih, yang memengaruhi kesehatan fisik dan mental. Hal tersebut diperburuk oleh tingginya tingkat polusi udara di daerah perkotaan.

2. Peningkatan konsumsi energi

Seiring dengan meningkatnya suhu, terjadi peningkatan permintaan AC serta alat pendingin lainnya untuk mendinginkan gedung dan rumah.

Hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi energi dan emisi GRK yang dapat memperburuk fenomena pemanasan global dan UHI.

3. Sumber daya air

Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan kebutuhan air. Selain itu, UHI dapat mengganggu siklus air setempat akibat meningkatnya laju penguapan, sehingga menyebabkan penurunan ketersediaan dan kualitas air.

4. Biaya ekonomi

UHI menyebabkan peningkatan biaya perawatan kesehatan dan penggunaan energi serta penurunan produktivitas tenaga kerja akibat panas ekstrem.

Kondisi tersebut dapat membebani perekonomian lokal dan menurunkan kualitas hidup masyarakat perkotaan.

4. Hilangnya keanekaragaman hayati

Efek UHI dapat mengganggu ekosistem lokal, menyebabkan perubahan distribusi spesies, fenologi tanaman, dan peningkatan tekanan pada satwa liar. Selain itu, kenaikan suhu udara dapat meningkatkan suhu air, sehingga berdampak buruk pada ekosistem perairan.

Strategi Mitigasi UHI

Mengingat dampak negatif fenomena UHI, maka diperlukan langkah-langkah strategis untuk memitigasinya.

1. Penghijauan perkotaan

Penerapan infrastruktur hijau seperti taman, kebun, dan atap hijau dapat mengurangi dampak UHI secara signifikan karena adanya efek pendinginan alami.

Upaya penghijauan di perkotaan dapat memberikan keteduhan, menurunkan suhu permukaan, dan meningkatkan kualitas udara.

2. Teknologi atap dan trotoar yang sejuk

Penggunaan bahan yang memantulkan radiasi matahari dan menyerap sedikit panas untuk atap dan trotoar dapat mengurangi suhu bangunan, berkontribusi terhadap pendinginan lingkungan perkotaan serta mengurangi konsumsi energi dan efek UHI.

Penerapan teknologi atap hijau selain dapat mengurangi pemanasan bangunan dan kawasan juga dapat meningkatkan kualitas udara.

3. Perencanaan dan perancangan kota

Perencanaan dan perancangan kota cerdas berkelanjutan dapat mengatasi dampak UHI. Memasukkan infrastruktur hijau, atap hijau, dan taman dalam perencanaan kota dapat membantu mengurangi panas dan meningkatkan ketahanan perkotaan secara keseluruhan.

4. Mempromosikan transportasi berkelanjutan

Penggunaan transportasi umum, bersepeda, dan berjalan kaki dapat mengurangi emisi kendaraan dan panas. Hal tersebut perlu ditunjang dengan penyediaan fasilitas umum yang ramah lingkungan dan nyaman bagi penggunanya.

5. Desain bangunan ramah lingkungan

Penerapan standar bangunan ramah lingkungan dapat mengurangi dampak UHI. Penggunaan material dan desain bangunan yang hemat energi, termasuk atap sejuk, dinding ramah lingkungan, dan sistem ventilasi alami, dapat mengurangi suhu ruangan dan ketergantungan pada AC, sehingga mengurangi konsumsi energi secara signifikan.

6. Kesadaran masyarakat

Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang UHI dan dampaknya sangatlah penting. Mendorong perilaku berkelanjutan, seperti pengurangan konsumsi energi dan pengelolaan limbah yang baik, dapat membantu mengurangi dampak UHI.

7. Regulasi pemerintah

Pemerintah dapat menerapkan peraturan dan kebijakan untuk mengurangi UHI. Insentif untuk praktik bangunan ramah lingkungan, infrastruktur hemat energi, dan pembangunan perkotaan berkelanjutan dapat membantu mengatasi masalah UHI.

Fenomena UHI di Indonesia merupakan permasalahan kompleks dan mendesak untuk diselesaikan. Dengan laju urbanisasi yang pesat, sangatlah penting untuk menerapkan perencanaan kota yang berkelanjutan, infrastruktur ramah lingkungan, dan merancang strategi untuk memitigasi dampak UHI.

Selain itu, kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam inisiatif ramah lingkungan diperlukan dalam memerangi fenomena ini.

Dengan melakukan upaya bersama antara lembaga pemerintah, perencana kota, organisasi lingkungan hidup, dan masyarakat lokal, Indonesia dapat membuka jalan menuju masa depan perkotaan yang berkelanjutan dan berketahanan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya.

Nunung Puji Nugroho
Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi - BRIN

https://www.kompas.com/sains/read/2023/12/23/140000323/mengapa-kotaku-semakin-panas-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke